perbedaan antara wood-boring beetle (kumbang kayu / yg istilah mbak adalah kutu kayu) dengan rayap kayu kering (drywood termite):
1. Rayap kayu kering cenderung sudah terlebih dahulu 'mendiami' kayu olahan, yg disebabkan oleh proses pengolahan yang kurang baik. Biasanya menyerang multiplex atau sejenisnya. Rayap kayu kering hidup berkoloni dan akan terus berada didalam. Kumbang kayu dapat berpindah2 dan mampu merusak bagian kayu yg sudah di-finishing, bertelur, lalu merengsek ke dalam kayu hingga menjadi dewasa.
2. Rayap Kayu Kering akan meninggalkan butir2 kayu yg sedikit kasar (pellet) sedangkan Kumbang Kayu akan lebih terlihat seperti bubuk yg sangat halus.
Pencegahan dan Penanggulangannya:
1. Pencegahan selalu lebih baik. Berikan treatment kayu (termitisida) sebelum mengalami proses finishing. Proses finishing pun harus dilakukan secara teliti dan merata.
2. Jika sudah terserang, bisa dilakukan pelaburan (dengan kuas) ataupun spraying dgn termitisida (jenis synthetic-pyretroid banyak bs didptkan di toko bangunan). Jika perlu, lakukan penyuntikan (injection) melalui lubang2 bekas serangan. Ada kemungkinan pengerjaan yang Anda lakukan tidak merata dan masih menyisakan serangga hidup.
3. Fumigasi yaitu dengan eksposure gas fumigan kedalam ruangan kedap udara. Misalnya: piano mbak terserang kumbang, akan di tutupi dengan plastik khusus dan dimasukkan gas yang mampu penetrasi kedalam kayu lewat pori dan lubang pada permukaan kayu.
4. Jauhkan dan buang material2 kayu atau triplex bekas untuk mengecilkan resiko infestasi pada struktur bangunan maupun interior dan furnitur.
5. Jika tingkat kerusakan sudah parah, disarankan untuk mengganti atau merenovasi struktur kayu dengan kayu yang sudah diberikan treatment terlebih dahulu. Oleh karena itu, Terminix sangat menyarankan tindakan pencegahan, karena biaya renovasi pasti akan jauh lebih besar dibandingkan menyewa jasa pengendalian hama profesional.
Wednesday, 28 March 2012
ANEKA PESTISIDA DAN PUPUK ALAMI
SUSU UNTUK CENDAWAN
Susu merupakan sumber gizi paling baik untuk kesehatan. Namun susu ternyata juga bisa digunakan sebagai fungisida. Adapun resepnya adalah sebagai berikut :
Aduk rata susu dan air dengan perbandingan 1 : 9. untuk mendapatkan larutan yang lebih kuat tambahkan susu sehingga perbandingan menjadi 50 : 50.
Larutan ini dapat digunakan untuk mengatasi penyakit embun tepung pada labu maupun penyakit lain yang disebabkan oleh cendawan. Susu dan air yang diaplikasikan memacu pertumbuhan cendawan parasit pemakan cendawan ganas penyebab penyakit. Pemakaian cukup disemprotkan keseluruh tanaman dan pemakaiannya cukup 1 X per minggu. Disamping itu susu juga memacu pertumbuhan benih.
SODA KUE UNTUK FUNGISIDA
Soda kue atau Natrium Bikarbonat (NaHCO3) biasanya dipakai untuk bahan tambahan kue agar cepat mengembang. Bahan tersebut ternyata dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk menangkal serangan embun tepung. Penyakit ini di tandai dengan munculnya lapisan embun bertepung di permukaan daun. Cendawan dari jenis Oidium atau Erysiphe ini dapat menimbulkan kerugian cukup besar apabila tidak di kendalikan.
Cara aplikasinya cukup mudah. Larutkan 5 gram soda kue dalam 1 liter lerutan sabun berkonsentrasi 0,5 %. Larutan sabun berfungsi sebagai pengubah permukaan larutan sehingga butiran semprotan lebih tahan lama di permukaan daun tanaman. Sabun juga mempercepat tembusnya lapisan kutikula yang berlapis lilin. Sedangkan bikarbonat berfungsi merusak dinding membran spora Oidium, yang akan mengakibatkan dehidrasi dan pada akhirnya cendawan akan mati.
BIJI BENGKUANG SEBAGAI INSEKTISIDA (Aphids/kutu-kutuan)
Biji bengkuan mengandung racun pachyrizid. Senyawa ini mampu membasmi kutu-kutuan daun Aphid. Kutu ini bersifat polifag hingga mempunyai banyak tanaman inang. Kandungan racun pada biji bengkuan mencapai 0,12 % hingga 0,40 %. Bahkan pada biji tua yang kering kandungannya mencapai 0,65 %.
Adapun aplikasinya cukup mudah, siapkan kurang lebih 50 butir biji bengkuang yang tua dan kering kemudian tumbuk halus menjadi tepung. Kemudian campurkan dengan air dan kemudian semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang.
DEMI TOMAT BAKTERI DAN CENDAWAN DIADUDOMBA
Bacillus Subtilis mampu mengontrol populasi cendawan fusarium sp. Subtillis mampu memberikan antibodi pada tanaman yang memiliki fungsi untuk menghambat pertumbuhan cendawan fusarium. Kelebihan lain dari bakteri ini adalah bersifat antagonis. Enzim kitin yang diproduksi subtillis merusak dinding sel Fusarium menjadi senyawa kitinase. Subtillis ini cukup tahan banting. Bakteri aerob (butuh Oksigen) itu mampu bertahan dilahan kering soalnya sporanya berada dalam sel (endospora)
Tahan Panas
Bakteri ini juga tahan temperatur tinggi. Sehingga untuk memperolehnya dengan memanaskan suspensi tanah -10 g dilarutkan dalam air 100 ml air pada suhu 800C selama 30 menit. Bakteri subtillis ini memfermentasikan bahan organik dalam tanah. Hasil aktifitasnya berupa senyawa asam yang mampu menekan perkembangan Fusarium. Demikian juga nematoda juga seperti Melodogyn acap menyerang akar atau batang dimana bekas luka tersebut sering digunakan fusarium untuk masuk.
Dampak lain tingkat keasaman tanah akan menrurun. Salah satu pemicu serangan Fusarium adalah keasaman tanah tinggi lebih dari 7. Layu Fusarium banyak menyerang tanaman anggota famili Solanaceae (Cabai, Kentang, Tomat, Semangka, Melon, dll).
Subtillis Lokal
Negeri tropik merupakan surganya bagi bakteri Basillus Subtilis antara lain dipasara telah ada produk tersebut diantaranya Emva dan Harmoni BS.
Cara Pemakaian :
- Sebelum disemaikan benih direndam dalam larutan campuran 4 ons subtilis dan 3,5 liter air.
- Setelah benih tumbuh larutan tersebut diberikan kembali. Dosisnya 5 ons per 15 liter air. Untuk 6.000 tanaman.
KUNYIT DAN TEMULAWAK UNTUK CENDAWAN (Plasmodiophora Brassicae) PENYEBAB AKAR GADA
Pengunaan kunyit karena senyawa yang terdapat pada umbi tersebut mampu merangsang pertumbuhan akar.
Cara pembuatan :
- Sediakan 15 – 20 rimpang kunyit dan temulawak dengan perbandingan 2 : 1
- Air 1 Liter
- Kupas rimpang kunyit dan temulawak
- Ditumbuk atau diblender.
- Tambahkan air bersih kemudian disaring.
Cara Penggunaan :
Sebelum disemai rendam benih kubis dalam larutan tersebut selama 30 menit.
Selang 10 hari setelah tumbuh dalam bedengan siram kembali bibit tersebut.
Kemudian sebelum pindah tanam lakukan perlakuan tersebut.
BAWANG PUTIH UNTUK INSEKTISIDA
Bawang putih disamping untuk bumbu dapur ternyata juga mampu mengendalikan Thrips karena rasa dan aromanya tidak disukai jenis kutu-kutuan tersebut.
Bahan :
- 2 s/d 3 kg bawang putih
- 1000 liter larutan pupuk
Cara pembuatan dan aplikasi :
Bawang putih dibuat ekstrak dengan cara di tumbuk atau diblender setelah berbentuk ekstrak kemudian diberi air dan campurkan ke dalam larutan pupuk organik. Setelah diaduk aduk hingga merata kocorkan larutan tadi pada tanaman kira-kira 200 CC.
Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih tersebut adalah aroma dari bawang putih tidak disukai oleh serangga tersebut. Ataupun dengan cara kultur teknis yaitu menanam tomat atau cabai ditumpangsarikan dengan bawang putih atau bawang merah.
KENIKIR SEBAGAI NEMATISIDA
Kenikir ternyata tidak hanya merupakan tanaman penghias taman akan tetapi bermanfaat juga sebagai Nematisida pada tanaman tomat yang terserang Nematisida puru akar akar (NPA). Caranya bahan kenikir diperoleh dengan memblender atau menumbuk 1 kg batang kenikir yang dilarutkan dalam 1 liter air.
Sedangkan untuk aplikasinya yaitu dengan cara mencampur larutan hasil tumbukan kenikir tersebut dalam 20 liter air. Kenikir tidak disukai nematoda karena mengandung bioaktif seperti piperiton dan terrhienil yang bersifat antagonis terhadap nematoda.
TEPUNG TULANG UNTUK PUPUK DAN PAKAN SAPI
Cara Pembuatannya
- Tulang dipotong-potong 5 – 10 Cm
- Rebus dalam air mendidih selama 2 – 4 jam
- Dijemur kemudian diremukkan sampai berukuran 1 – 3 Cm
- Rendam dalam larutan kapur selama 4 – 5 minggu
- Tulang dicuci dan direbus 3 tahap;
1). 4 jam pada suhu 600C,
2). 4 jam pada suhu 700C,
3). 5 jam pada suhu 1000C
- Setelah tulang dikeringkan dalam open bersuhu 1000C
- Digiling sampai lumat menjadi bubuk.
MELAWAN MILDEW DENGAN SUSU
Mildew atau penyakit tepung sering ditemukan pada tanaman tomat, melon, dan cabai. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Oidium Tingitanium itu memang tidak terlalu merugikan tetapi perlu diwaspadai dan dikendalikan. Adapun cara sederhana untuk mengendalikan jamur tersebut adalah dengan menggunakan susu. Caranya larutkan air dan susu dengan perbandingan 9:1 semprotkan pada tanaman yang terserang. Enzim pada susu dapat menetralisir mildew.
BAWANG PUTIH ATASI AKAR GADA
Cendawan Plasmodiophora brassicae momok bagi pekebun sawi dan anggota famili kubis-kubisan. Tingkat kerugian bisa mencapai 100% akibat penyakit akar gada itu. Jaringan yang terserang menjadi rusak sehingga pengankutan air dan zat hara menjadi terganggu. Rotasi tanaman saja tidak cukup lantaran cendawan dalam tanah mampu bertahan hingga 20 tahun. Adapun cara pengendalian sederhana dapt menggunakan umbi bawang putih. Caranya Haluskan dan larutkan umbi bawang putih dalam air bersih. Sebelum disemai rendam benih dalam larutan itu selama 15 menit.
KIAT MEMILIH PUPUK MAJEMUK
Penggunaan pupuk organik cair melalui daun misalnya hanya merupakan pemborosan saja. Sebab, bahan organik tidak dapat dimanfaatkan tanaman sebelum berubah menjadi anorganik. Proses perubahan tersebut lazimnya hanya terjadi di sekitar perakaran tanaman. Sehingga akan lebih pas jika diaplikasikan lewat akar.
Umur Tanaman (fase tanaman)
Pemilihan pupuk majemuk juga harus mempertimbangkan sifat pupuk dan pengaruhnya bagi tnaman. Pemakaian pupuk majemuk lengkap tablet (PMLT) dan pupuk butiran bersalut (coated fertilizer) misalnya, karena bersifat slow released, pupuk seperti itu malah kurang baik digunakan untuk sayuran daun yang berumur singkat.
Pupuk “slow released” tidak mudah larut dan hancur. Ia melepas unsur hara secara perlahan-lahan agar tersedia dalam jangka panjang di didalam tanah. Manfaatnya baru nampak setelah 1-2 bulan aplikasi. Apdahal sayuran daun kebanyakan berumur singkat. Ia butuh pupuk yang mudah terserap, misal pupuk akar berbentuk tepung, butiran, cairan, atau pupuk daun.
Hampir semua pabrik memproduksi pupuk dengan formulasi N tinggi, P tinggi, atau K tinggi sehingga cara aplikasinya disesuaikan dengan fase tanaman.
Contoh pupuk untuk fase vegetatif misalnya Dekaform, Dekastar 18-11-10, Agro Formula 1, Suburin A1, dan Gramafert Formula NT untuk pupuk akar. Sedangkan untuk pupuk daun dapat dipilih Gandasil D, BASF Foliar D, Bayfolan, Complesal, Enpeka Cair, Greenzet, dan Hyponex Merah.
Pupuk untuk fase Generatif diantaranya Dekastar 6-13-25, Suburin BT-4, Agro Formula-2, Gramafelt Formula PT, dan Mangamp Plus K. Pupuk lain Gandasil B, BASF Formula B, Hyponex Biru, Vitabloom Spesial Biru, dan Vitalik P.
EUGENOL CENGKIH SEBAGAI POLISI TANAMAN
Eugenol yang terkandung dalam gagang, daun, dan bunga cengkih berpeluang menjadi Pestisida Nabati. Penelitian Balittro membuktikan produk pestisida dari cengkih paling efektif mengatasi Cendawan, Bakteri, dan Nematoda pengganggu tanaman dibanding tanaman lainnya.
Eugenol dan turunannya sudah lama diketahui memiliki efek Anti Cendawan, Anti Bakteri, Anti rematik, dan Antiseptik. Hasil uji laboratorium, eugenol juga toksik bagi cendawan patogenik tanaman.
Diantaranya Fusarium Oxysporum, Phytopthora Capsici, Rigidoporus Lignosus, Rhizoctania Solani, Sclerotium rolfsii, serta Pseudomonas Solanacearum.
Sedangkan Pestisida nabati berbahan aktif minyak cengkih dalam bentuk emulsi dan bubuk kini sudah diformulasikan. Diantaranya MBC 10 BC, EGL 10 EC, MBC 4 WP, EGL 4 WP, dan EGL 10 WP dan Metil Eugenol sebagai bahan untuk menarik lalat buah. Serasah daun, bubuk daun, gagang dan bunga, hingga minyak cengkih semuanya mengandung senyawa eugenol. Karena itu produk berbahan baku cengkih tersebut dapat diaplikasikan sebagai Fungisida, Bakterisida, Nematisida, dan Insektisida.
Pada lada bubuk cengkih dapat mengendalikan busuk pagkal batang Phytopthora Capsici 65% hingga 75% sehingga hasil panen bisa meningkat hingga 2,5 kali dan juga sebagai nematisida Radopholus similes dan Meloidogyne incognita pada tanaman tersebut.
Pengujian pada jahe, nilam, dan kentang membuktikan, minyak dan bubuk cengkih mampu menekan pertumbuhan Pseudomonas solanacearum dan pada konsentrasi aagak tinggi mampu mematikan. Pertumbuhan bakteri terhambat dengan menggunakan bubuk daun, gagang dan bunga pada konsentrasi 500 – 1.000 ppm. Pada konsentrasi 4.000 - 7000 ppm bakteri tidak tumbuh. Sedang dengan menggunakan eugenol pada konsentrasi 100 – 300 ppm pertumbuhan bakteri terhambat. Di bali serasah dan bubuk daun cengkih digunakan untuk menanggulangi infeksi busuk batang Fusarium Oxysporum. Hasilnya mampu menekan infeksi hingga 85%.
Sebagai Pestisida nabati produk dari cengkih mudah diaplikasikan oleh petani. Dengan dosis bubuk atau seresah daun, gagang dan bunga 150 – 200 gram per tanaman cukup untuk mengendalikan patogen tanah. Aplikasinya taburkan bubuk cengkih merata di lubang tanam sekitar tajuk.
Sedang untuk mengendalikan cendawan dan hama, semprotkan 0,3-0,6% larutan minyak cengkih. Namun karena minyak cengkih tidak larut dalam air perlu ditambahkan terpentin atau detergen dengan konsentrasi 10 %. Jika daun yang dipakai, buat ekstraknya sebelum disemprotkan Caranya; 10 kg daun basah dikeringkan, lalu ditumbuk halus. Bubuk daun cengkih kemudian ditambah 19 liter air. Aduk sampai rata, lalu tambahkan 20 gram detergen. Aduk dan biarkan selama 2 hari. Setelah disaring larutan pestisida itu siap digunakan untuk lahan 1-2 ha. Waktu menyemprot pakai 1 – 1,5 liter larutan ditambah 20 liter air.
Untuk membuat formulasi bubuk, ambil 20 kg daun atau bunga cengkih kering, kemudian ditumbuk halus, lalu diayak. Campur dengan 1-2 g ram ditergen bubuk diaduk rata kemudian disimpan. Untuk penggunaan ambil 1-1,5 kg pestisida bubuk dan larutkan dalam 20 liter air. Selain sebagai pestisida nabati daun cengkih juga mengandung N, P, K, Mg, Fe dan Ca dengan kadar cukup tinggi. Karena itu produk cengkih ini juga cocok dipakai sebagai pupuk organik plus. Fermentasi pupuknya dibuat dengan mencampur 1 bagian pupuk organik dengan 3 bagian daun cengkih. Biarkan selama 1-2 bulan sebelum dipakai.
ECENG GONDOK SEBAGAI PUPUK ORGANIK
Eceng gondok kaya akan asam humat “senyawa yang menghasilkan fitohormon yang mempu mempercepat pertumbuhan akar tanaman” eceng gondok juga mengandung asam sianida, triterpenoid, alkaloid, dan kaya akan unsur Calsium.
Untuk pengolahan dapat digunakan acetobacter atau lainnya untuk mempercepat dekomposisi. Bakteri tersebut dicampur dengan molase dengan perbandingan 1 : 1 selama sepekan. Master bakteri tersebut siap digunakan setelah berbentuk kapang. Langkah selanjutnya eceng gondok yang diambil dari kolam dicincang atau digiling halus. Bahan kemudian dicampur dengan 10% dedak dan master bakteri selanjutnya campuran disimpan di bak yang dialasi plastik dan ditutup karung goni selama 4 hari. Suhu akan meningkat hingga 500C yang menandakan proses fermentasi sedang berlangsung. Fermentasi dianggap selesai apabila suhu sudah turun menjadi 300C.
SUMBER PUPUK ORGANIK
Salah satu kendala pemakaian pupuk organik adalah sulitnya menentukan kandungan unsur hara. Setiap pupuk organik memiliki komposisi berbeda. Mengetahui kandungannya secara tepat berarti mengefisienkan pemakaian. Dengan penggunaan pupuk organik sifat fisik, daya serap, daya ikat, sirkulasi udara dan ketahanan erosi pada tanah dapat ditingkatkan.
Ada tiga syarat penting pupuk organik. Pertama, unur N harus terdapat dalam persenyawaan organik agar mudah diserap tanaman. Kedua, pupuk tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah. Ia juga memiliki kandungan persenyawaan C organik tinggi. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan unsur makro dan mikro tanaman. Kebutuhan ini berbeda mulai dari persemaian sampai panen. Misalnya saat persemaian tanaman membutuhkan 2,7% N; 0,7% P; 2,8% K; 6% Ca; dan 1;8% Mg dengan kebutuhan ini kotoran unggas dan domba dapat dipilih sebagai sumber pupuk organik. Berikut tabel sumber pupuk organik dan kandungannya:
Sumber Pupuk Organik dan Kandungan Mineral (%)
Sumber N P K Ca Mg Elemen Lain
Kotoran Unggas
Kotoran Domba
Kotoran Kambing
Kotoran Kuda
Kotoran Sapi
Tulang dan Darah
Tepung Tulang
Darah Kering
Ekstrak Ganggang
Jerami
Batuan Phospat
Tepung Ikan
Abu Kayu
Tepung Tulang dan Kuku
Batuan Kapur/Gamping 0,7
2,0
1,5
0,7
0,7
5-8
3-8
13-15
9
0,6
-
9,5
-
14
- 0,2
0,5
0,66
0,15
0,2
5-8
9-11
-
4
0,10
14,4
3,0
0,90
0,44
- 0,5
2,3
2,5
0,4
0,5
-
-
-
6
1,05
-
-
4,0
-
- 3
3
1,5
1,2
3,0
0,40
25
-
0,1
-
-
0,4
25
2,0
40 0,6
1,2
-
0,6
0,66
-
0,3
-
0,5
-
-
-
2,1
-
- -
-
-
-
-
-
-
-
Fe, Zn, Mn, B, Cu, Mo, Co
-
-
-
-
-
-
KRITERIA GREENHOUSE YANG BAIK
Tinggi minimum 3,5 – 4 m, ini agar udara tidak panas. Kisaran suhu yang baik 300C-320C dengan kelembaban minimum 50%.
Diatas harus ada jendela agar udara panas keluar lancar. Gunakan piggy-back system.
Cahaya 6.000-8.000 footcandles (fc), atau tergantung jenis tanaman (di luar greenhouse, jika udara cerah sekali bisa 10.000 fc).
Usahakan air hujan tidak masuk. Pelindung plastik Ultra Violet (UV) akan lebih baik dibanding plastik biasa.
Angin spoi-spoi masih bisa masuk melalui screen sacara horizontal. Ia membawa udara segar yang memiliki kadar CO2 tinggi. Hal ini berguna untuk proses asimilasi CO2.
Usahakan sedikit mungkin tiang di tengah greenhouse. Ini untuk kebebasan bekerja.
Buat konstruksi sekuat mungkin terutama untuk daerah banyak angin.
Kegunaan Shading net untuk mengurangi intensitas cahaya. Biasanya net yang tersedia adalah 45%, 55%, 65%, 75% dan 85% calculated shade. Angka kecil untuk tanaman yang suka cahaya sedangkan angka besar untuk tanaman yang rentan cahaya.
LEBIH AMAN DENGAN BIOPESTISIDA
Bio pestisida adalah penggunaan pestisida dengan bahan baku utama mikroorganisme. Contoh bakteri, virus, dan cendawan. Berbeda dengan hama yang merugikan petani, pasukan biopestisida ini bertugas menyerang hama tertentu. Hama yang terkena semprotan biopestisida ini akan terhambat perkembangannya bahkan bisa mati. Namun demikian dalam penggunaannya memerlukan lingkungan khusus.
Contoh biopestisida ini adalah Cendawan Verticillium lecani digunakan untuk mengendalikan kutu putih, aphids, thrips, dan mites. Tak hanya itu sejenis nematoda yang disebut larvanem juga banyak dipilih untuk mengontrol larva black vine dan kutu kebul.
Biopestisida berbahan aktif bakteri sudah duluan terkenal ketimbang mikroorganisme lainya. Bacillus thuringensis (Bt) adalah jenis paling populer yang banyak digunakan untuk mengendalikan ulat pemakan daun di sayuran dan buah-buahan.
RESEP ALAMI DILAPANGAN
Untuk mengendalikan serangan ulat Hekiothis Armigera pada tanaman tomat
Bahan :
- 3 kg akar tuba
- 10 kg buah mindi
- 3 kg semak rondonoleh
Cara Pembuatan ;
Ketiga bahan ditumbuk sampai halus kemudian diberi air sebanyak 10 liter, kemudian diaduk sampai merata. Setelah didiamkan 1 – 2 malam larutan disaring dengan kain halus sehingga ampas tidak menyumbat nozle. Untuk aplikasi setiap 10 cc larutan dicampur dengan 1 liter air.
Untuk mengendalikan hama jenis kutu-kutuan pada daun
Bahan 1 ;
- 1 kg daun sirsak
- 3 sendok sabun detergen
Cara pembuatan ;
Tumbukan daun sirsak dilarutkan dalam 1 ember air bersih. Aduk-aduk beberapa saat kemudian saringlah. Hasil saringan dicampur dengan sabun detergen. Cara pemakain setiap 10 cc larutan dicampur dengan air 1 liter.
Bahan 2 ;
- Satu telapak tangan kulit batang suren.
- 1 kg daun sirsak
Cara pembuatan ;
Tumbukan kulit batang suren dan daun sirsak dicampur 1 ember air bersih. Setelah diaduk-aduk kemudian disaring. Cara aplikasinya satu gelas hasil saringan dilarutkan dalam 1 liter air.
Untuk mengendalikan hama Thrips yang sering menyerang bawang merah, cabai, kentang, kacang-kacangan, tembakau dan tomat. Thrips (Thrips parvispinus, Thrips tabaci, dan Thrips. Palmi) mengisap cairan tanaman dan mesofil daun.
Bahan ;
- 5 kg daun angsana
- 5 kg daun rondonoleh
- 10 kg gadung
Cara pembuatan ;
Daun angsana dan rondonoleh ditumbuk hingga lumat. Sedangkan gadung, setelah dikupas kemudian di parut. Campurkan kedua bahan itu dan rendamlah selama beberapa hari. Saring campuran itu, untuk aplikasinya untuk satu 1 gelas larutan dicampur dengan 2 liter air bersih.
REKA-REKA BULAN BAIK UNTUK PETANI
Salah menentukan waktu tanam banyak dialami petani pemula. Ini tak akan terjadi jika mereka mau menimba pengalaman pada petani senior. Pedoman yang dipakai sebenarnya sederhana. Pedoman yang dipakai sebenarnya sangat sederhana. “Mencari bulan baik untuk mendapat hasil baik, atau bulan baik untuk memperoleh harga baik” Kalo yang dicari adalah hasil panen baik menurut pengalaman petani di pacet cipanas adalah bulan Juli, Agustus, September, Oktober di bulan-bulan tersebut hasil sayuran pasti bagus.
“Biasanya petani menanam di akhir harga mahal. Karena mengharap harga tinggi semua kebutuhan tanaman tercukupi, dan kondisi alampun mendukung. Akhirnya produksi bisa naik 100%. Misal panen tomat biasanya 2 kg dapat mencapai 4 kg pertanaman. Sementara biaya produksi justru bisa ditekan 30% hingga 40%. Agar tomat bias dipanen Agustus mulai April bibit sudah disemai. Sebulan kemudian penaman, saat panen kualitas produk bagus tapi memang harga bukan yang tertinggi.
Pengalaman diatas hitung-hitung untuk mencapai hasil produksi yang bagus. Lain halnya yang dicari adalah panen pada saat harga bagus. Kalo ingin mencapai harga tomat mahal tanam pada bulan November, Desember, dan Januari. Pas panen februari atau maret. Sementara pada cabai penanaman dimulai September, Oktober, dan November sehingga diperoleh panen bada bulan Januari, Februari dan Maret.
EFFECTIVE MICROORGANISM (EM)
EM banyak digunakan untuk mendukung kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk beberapa tujuan antara lain membuat pakan ayam, menjernihkan air limbah, mengendalikan hama dan penyakit tanaman, menghilangkan bau dipeternakan, memproses obat tradisional dan sebagaianya. Sebagai contoh EM dicampur alkohol, tetes dan tanaman toga dapat digunakan sebagai pestisida.
Fungsi EM pada dasarnya adalah untuk memfermentasikan bahan organik dalam tanah. Hasil fermentasi ini berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya. Sedangkan dalam EM tersebut mwngandung mikroorganisme yang sangat berguna yaitu;
Bakteri fotosintesis. Bakteri tersebut mensintesis Nitrogen, gula, dan senyawa bioaktif lainnya. Caranya dengan mengambil hasil sekresi, bahan organik dan gas berbahaya, hasil metabolismenya langsung dapat diserap oleh tanaman. Atau sebagai bahan untuk menumbuhkan mikroorganisme lainnya yang berguna bagi tanaman.
Lactobacillus yang merupakan sterilisan yang kuat, lactobacillus dapat menekan beberapa mikroorganisme berbahaya dan mendokomposisi bahan organik dengan cepat. Selanjutnya ragi. Yang ini mampu memproduksi senyawa berguna bagi tanaman melalui proses fermentasi.
Actinomycetes, ini mengubah asm amino dan senyawa lainnya yang diproduksi bakteri fotosintesis menjadi antibiotik bagi tanaman. Fungsi antibiotik adalah mengontrol patogen dan menekan pertumbuhan cendawan berbahaya dengan memecah chitin cendawan. Bakteri ini menciptakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan lainnya.
Cendawan fermentasi yang berfungsi mendekomposisi bahan organik untuk memproduksi alkohol ester dan senyawa antimikroba. Cendawan ini dapat mengontrol bau dan mencegah serangan hama.
KIAT BUAT INSEKTISIDA SENDIRI
Untuk menanggulangi serangan berbagai jenis hama pada tanaman sayuran dapat dibuat insektisida sebagai berikut;
Sediakan 100 ml air cucian beras yang pertama, 100 ml alkohol 30 – 35%, molase/tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, Em 100 ml, 100 ml Cuka 40%,
Semua bahan dimasukkan kedalam wadah yang ditutup rapat. Setiap pagi dan sore hari dikocok, setelah selesai mengocok, tutup dibuka agar supaya oksigenya keluar. Setelah 15 hari pengocokan dihentikan. Diamkan 6 hari lagi tanpa dikocok. Ini merupakan larutan pertama,
Rajang limbah cengkih, serei, jahe, kunyit, temulawak dan bawang putih. Campuran ini setelah ditumbuk dimasukkan kedalam 1 lt air cucian beras yang pertama. Setelah itu diberi molase 30 cc/l air. Tutup rapat-rapat, setiap hari dikocok selama 21 hari. Ini sebagai larutan kedua.
Untuk pemakaian campurkan larutan pertama dan kedua dengan perbandingan seimbang. Untuk penyemprotan 10 cc larutan/ 1 liter air.
BUNGA KRISAN SEBAGAI INSEKTISIDA
Rahasia bunga ini karena terdapat kandungan zat piretrin sebagai racun hama dan lalat buah. Sebagai contoh untuk insektisida organik adalah dengan cara bunga krisan sebanyak 25 gr dihancurkan hingga menjadi serbuk kemudian serbuk itu dilarutkan dalam 10 liter air. Hasil campuran dicampur dengan 10 cc detergen cair atau sabun colek. Setelah diendapkan selama semalam dain disaring dengan kain halus, larutan disemprotkan. Larutan ini salah satunya digunakan untuk memberantas hama kobis.
Zat piretrin dalam bunga krisan berfungsi untuk merusak sistem syaraf hama. Efeknya akan makin hebat bila suhu disekitarnya menurun ”piretrin bersifat negatif dengan suhu” di alam ia bekerja mirip insektisida sintesis DDT. Dari hasil penelitian makin tinggi tempat penanaman bunga krisan makin tinggi pula kandungan zat piretrinya sehingga akan lebih cepat mematikan. Namun demikian dari hasil penelitian kandungan zat itu hanya terdapat pada tepung bunga. Dengan konsentrasi 0,5% tepung bunga krisan mampu membunuh serangga gudang lebih dari 90% dari total populasi.
PENGENDALIAN JENIS WERENG ATAU BELALANG DENGAN TIGA SERANGKAI (Pinang, Suren, dan Nimba)
Kandungan bahan aktif pada pinang yaitu minyak atsiri yang bersifat racun, suren mengandung bahan aktif (Surenon, Surenin, dan Surenalakton) yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan antifeedan (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Bahan aktif tersebut terbukti sebagai repellant – pengusir nyamuk. Dan nimba yang mengandung bahan aktif azadirachtin, meliantriol, salanin, dan nimbin yang berfungsi sebagai pestisida nabati. Nimba mempengaruhi reproduksi dan prilaku hama sebagai penolak, penarik, antimakan, dan menghambat perkembangan hama.
Untuk penerapan tiga serangkai ini cukup mudah yaitu daun pinang, suren, dan biji nimba masing-masing sebanyak 250 gr digerus hingga halus. Ditambahkan 1 liter air dan diaduk hingga merata kemudian disaring. Kedalam larutan itu ditambahkan sabun colek sebanyak satu sendok makan supaya merekat pada waktu disemprotkan. Penyemprotan dilakukan 2 kali seminggu sejak tanaman berumur 15-60 hari.
Disamping itu juga terdapat tumbuhan penghasil pestisida nabati lainnya diantaranya sari buah mahoni dicampur dengan tembakau untuk memberantas hama kutu daun alias aphids pada cabai.
Kandungan bahan aktif mahoni yaitu heksaklorosiko-hekasana (HCH) berfungsi sebagai racun kontak. Sedang daun tembakau mengandung bahan aktif alkaloid yang mempengaruhi kerja syaraf serangga.
Sedangkan untuk mengatasi serangan cendawan dapat digunakan perasan lengkuas, kunyit, jahe, dan serai. Jika dalam larutan itu ditambahkan biji mahoni atau cabai dapat dapat digunakan untuk memberantas semua hama kecuali ulat tanah.
TEPHROSIA SEBAGAI INSEKTISIDA
Tephrosia disebut juga sebagai kacang babi disamping sebagai, pakan ternak, pupuk hijau, atau tanaman penanung ternyata perdu setinggi 3 meter tersebut bisa dimanfaatkan sebagai insektisida untuk ulat grayak.
Daun tephrosia mengandung rotenon yang merupakan bahan aktif insektisida botani sistemik. Cara kerja zat ini “mengganggu pernafasan hama-umumnya serangga pengunyah seperti ulat”. Selama ini yag dikenal sebagai penghasil rotenon adalah akar tuba (jenu). Menurut penelitian kandungan rotenon dalam daun tephrosia dipengaruhi umur tanaman, jenis tanah, ketinggian lahan dan agroklimat. Kandungan rotenon semakin tinggi jika tanaman ditanam pada dataran rendah dan berumur 2 hingga 4 tahun.
Untuk penggunaannya cukup sederhana. Kira-kira 10 gr daun yang telah digiling dicampur dengan 1 ltr air bersih. Tambahkan 0,1% sabun ditergen kedalam larutan itu dan diamkan selama semalam. Fungsi sabun dalam larutan itu adalah untuk mempercepat keluarnya rotenon dan melarutkannya. Hindari penyemprotan denkat kolam ikan karena efeknya mendekati akar tuba.
RAMUAN PESTISIDA LAINNYA
Untuk Pengendalian Penyakit Patek (Antraknose) dan bercak daun (Althernaria porii) pada tanaman cabai.
Bahan :
- Kunyit 1 kg
- Laos 1 kg
- Kencur 1 kg
- Jahe 1 kg
Alat :
Blender atau tumbukan
Cara Pembuatan
Hasil blenderan atau tumbukan bahan berupa pasta dilarutkan dalam 3 liter air. Kemudian ditambahkan 1 butir gambir, 1 ons gula pasir atau tetes tebu, dan 1 liter EM4 kedalam larutan itu. Campuran tersebut diamkan selama 7 hari.
Cara Aplikasi
Untuk pemakaian 2 cc larutan dicampur dengan 1 liter air.
Untuk Pengendalian Ulat atau Walang Sangit
Bahan ;
- Gadung 2 kg
- Jengkol 1 kg
- Tembakau 1 kg
Alat
Blender atau alat penumbuk
Cara Pembuatan ;
Semua bahan diblender atau ditumbuk sampai berbentuk pasta, setelah berbentuk pasta ditambahkan 3 liter air, 1 ons tetes, dan EM4 1 liter. Kemudian larutan itu didiamkan selama 7 hari.
Cara Aplikasi
Untuk aplikasinya campurka 22 cc larutan kedalam 1 liter air. Untuk aplikasinya sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari.
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik).
Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab dengan lingkungan.
Bahan:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dlingo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Alat :
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). Gadung dikupas kulitnya dan diparut. Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit. Dapat menolak hama dan penyakit. Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.
Pestisida Organik
Pestisida Organik
Resep I
Bahan yang diperlukan :
- Tembakau ½ kg;
- Air 2 liter;
- Kapur barus 4 butir digerus.
Cara pembuatannya:
- Tembakau direndam air 2 liter selama dua hari.
- Campurkan gerusan kapur barus.
- Setiap 2 sendok makan rendaman tembakau dan kapur barus dicampur
dengan air cucian 1 liter.
- Semprotkan pada tanaman yang sedang kena hama penyakit.
Resep II
Bahan yang diperlukan:
- tembakau 1 ons;
- jahe 1 ons;
- bawang putih 1 ons;
- air 5 liter.
Cara pembuatannya:
Jahe dan bawang putih dihaluskan, campur dengan tembakau dan masukkan air, tutup rapat dan simpan selama 2 hari 2 malam langsung digunakan. Resep pengendali hama ini bisa digunakan untuk 10.000 m2 lahan.
Sebaiknya pestisida ini digunakan pada sore hari sekitar pukul 16.00 atau 17.00 WIB. Kalau masih ada sisa bisa disimpan kurang Iebih 1 minggu. Pemakaian bisa diulangi kalau hama penyakitnya masih belum hilang tuntas.
Pengendali hama ini lebih efektif bila digunakan untuk tiga kali pemakaian, atau kalau misalnya masih tersisa banyak bisa disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
Kulit Pisang sebagai Pupuk Organik
Kulit Pisang yang selama ini kita biarkan terbuang begitu saja ternyata mengandung unsur kimia yang baik untuk pupuk yaitu Fosfor, Magnesium, Sulfur, dan Sodium.
Cara penggunaan :
Untuk tanaman hias (dalam pot) : kulit pisang dipotong-potong kemudian potongan dipendam disekitar tanaman.
Untuk tanaman pertanian (lahan sawah) :
Cara 1. Kulit pisang di blender (dihaluskan) sampai menjadi cairan (10 Kg kulit pisang dicampur 10 Liter Air) rendam selama satu malam, air hasil rendaman disaring dengan kain. 1 Liter hasil saringan dapat dicampur 10 liter air semprotkan ke tanah sekitar tanaman.
Cara 2. Kulit pisang di potong kecil-kecil, kemudian dikomposkan bersama tanah baru ditebar seperti pupuk pada umumnya.
Daun Sirsak untuk atasi Thrips
Daun Sirsak (Nangka Belanda) ternyata dapat digunakan sebagai bahan pestisida organik untuk mengendalikan Hama Thrips pada tanaman Cabai.
Caranya :
50 - 100 lembar daun sirsak dihaluskan (boleh pake blender) dan dicampur dengan 5 liter air kemudian didiamkan selama sehari semalam, rendaman tersebut kemudian disaring dengan kain.
1 liter hasil saringan dapat dicampurkan dengan 1 tangki semprot ukuran 17 liter, dan gunakan untuk menyemprot tanaman cabe, Thrips pun akan lenyap.
Cara Lain Membuat Pestisida Organik
Bahan yang diperlukan :
- Tembakau 1 kg
- air 4 liter
- kapur barus 7 butir dihaluskan
Cara pembuatannya :
- Tembakau direndam dalam 4 liter air selama 2 (dua) hari.
- Campurkan kapur barus yang telah dihaluskan.
Cara implementasi :
- Setiap 2 - 3 sendok makan air hasil proses rendaman tembakau dan kapur barus dicampur dengan air biasa 1 liter. - Semprotkan pada tanaman yang terserang hama/penyakit.
Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.
Berikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM :
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :
· Susu sapi atau susu kambing murni.
· Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
· Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
· Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
· Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
· Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
· Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
· Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.
Cara Membuat Pupuk Hijau Organik
Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
200 kg hijauan daun atau sampah dapur.
10 kg dedak halus.
¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
Hijauaun daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Bahan dan Alat:
1 liter bakteri 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jati, bambu, dan lain-lainnya) 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air 30 kg kotoran hewan Air secukupnya Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Cara Membuat Kompos
Kompos: adalah pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan dan diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
100 kg arang sekam berambut
200 kg kotoran hewan
3-5 kg dedak atau bekatul
0,5 kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air/tetes
0,5 liter bakteri
Air secukupnya
Cara Pembuatan:
Arang sekam, kotoran hewan, dedak, dan gula dicampur sampai rata dalam wadah yang bersih dan teduh. Jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung. Campurkan bakteri ke dalam air kemudian siramkan campuran di atas sambil diaduk sampai rata. Tutup dengan plastik atau daun-daunan. Tiap dua hari sekali siram dengan air dan diaduk-aduk. Dalam 10 (sepuluh) hari kompos sudah jadi.
Cara Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Panaskan 5 liter air sampai mendidih. Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata. Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini. Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
Pembuatan Pupuk Organik Cair (Ferinsa)
Pupuk ini merupakan pupuk organik cair hasil fermentasi atara urin sapi dengan bahan empon-empon dan susu sapi serta bahan lain.
Penggunaan pupuk cair organik ferinsa dapat menekan penggunaan pupuk kimia maupun menguranginya 25% hingga 50 %. Disamping itu juga biaya usaha tani akan menjadi lebih murah karena pembuatan pupuk organik cair tersebut cukup sederhana dan murah. Pupuk ini bisa digunakan pada semua jenis tanaman dan mampu memperbaiki unsur hara tanah.
Alat dan Bahan
A. Alat
- Ember
- Jerigen
- Saringan
- Parutan
- Pengaduk
- Panci
- Timbagan
B. Bahan
1. Urine sapi/Kelinci : 1 liter
2. Susu Sapi : 50 cc
3. Laos : 20 gr
4. Kunir : 20 gr
5. Kencur : 20 gr
6. Tetes tebu : 50 cc
7. Bumbu masak : 20 gr
8. Kapur barus : 2,5 gr
9. EM4 : 10 cc
10. Temu ireng : 20 gr
11. Air : 1 gelas
12. Terasi : 20 gr
C. Langkah kerja
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
- Bahan-bahan tersebut diatas ditimbang sesuai jumlah diatas
- Laos, kunir, kencur, dan temu ireng di parut.
- Parutan diberi air 1 gelas, kemudian diperas dan diambil airnya
- Air hasil perasan didiamkan selama 15 menit
- Sambil menunggu pengendapan, maka langkah selanjutnya adalah
menghaluskan kapur barus.
- Hasil perasan yang telah diendapkan diambil airnya, kemudian dicampur dengan susu 50 cc dan EM4 10 cc, sambil diaduk. Masukkan terasi 20 gr yang telah dihaluskan.
- Kemudian campurkan urine sapi 1 liter kedalam campuran tadi dan juga masukkan kapur barus, aduk hingga homogen.
- Hasil campuran bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam jerigen sambil disaring.
- Tutup jerigen rapat-rapat.
- Simpan jerigen dalam kamar selama 15 hari dan usahakan tidak terkena sinar matahari.
- Setelah 15 hari, Ferinsa dapat digunakan dengan perbandingan 1 liter pupuk : 40 – 50 liter air.
PENGGEMUKAN SAPI DENGAN STRABIO
Starbio dapat dikulturkan kedalam jerami atau rumput kering. Strabio ini meningkatkan daya cerna pakan dari 40 % menjadi 50 %.
Caranya Mikroba yang terkandung dalam star-bio diencerkan terlebih dahulu dengan air bersih, bukan air PAM (Mengandung Kaporit). Hasil campuran tersebut disiramkan pada tumpukan jerami secara merata lalu ditutup dengan plastik selama 21 hari hingga terjadi fermentasi.
PENGGENDALIAN GYAS (URET)
Uret mempunyai 4 stadia yaitu telur, lundi (gayas), kepompong dan kumbang. Kumbang meletakkan telur secara berkelompok, 17 – 35 telur secara berkelompok pada tanah yang gembur bersampah. Stadium telur berlangsung selama 11 - 13 hari. Lundi yang baru menetas berwarna putih keruh dengan tiga pasang tungkai berwarna merah kecoklatan.
Lundi mulai dijumpai dilapangan sekitar Februari hingga September. Stadium lundi mencapai 8 bulan.
PENGENDALIAN URET
Untuk pengendalian hama ini dianjurkan dengan 3 jurus. Yaitu perawatan tanaman sehingga sehat, menanam tanaman perangkap, dan menggunakan lampu perangkap kumbang.
1. Perawatan tanaman secara baik.
Tanaman yang sehat dan terawat dengan baik akan lebih tahan terhadap hama. Tanaman sehat juga akan lebih cepat mengatasi kerusakan dengan mempercepat proses penyembuhan. Tanaman sehat dapat diperoleh dengan cara budi daya dan perawatan yang baik pula misalnya dengan melakukan pemupukan secara berimbang dan sanitasi lahan selain itu untuk penggunaan pupuk kandang dengan menggunakan pupuk kandang yang benar-benar matang.
2. Penanaman tanaman perangkap
Fungsi tanaman perangkap tersebut adalah untuk menarik larva uret. Misalnya dengan membenamkan singkong disela-sela tanaman utama. Tanaman perangkap ini digali secara rutin setiap minggu untuk mencari uret yang mengerubunginya. Setelah itu larva bisa diambil dan dapat digunakan untuk makanan ayam.
3. Memasang lampu perangkap kumbang.
Pengendalian dengan lampu tersebut adalah untuk memanfaatkan sifat kumbang yang memang tertarik dengan akan cahaya lampu. Alat yang digunakan sangat sederhana terbuat dari plastik yang berbentuk corong (kerucut terbalik) dengan rangka bambu diatasnya dipasangi lampu. Lampu diletakkan dilahan. Pemasangan lampu tersebut paling baik adalah bulan Oktober – Februari. Hal ini dilakukan untuk memotong siklus hama.
Susu merupakan sumber gizi paling baik untuk kesehatan. Namun susu ternyata juga bisa digunakan sebagai fungisida. Adapun resepnya adalah sebagai berikut :
Aduk rata susu dan air dengan perbandingan 1 : 9. untuk mendapatkan larutan yang lebih kuat tambahkan susu sehingga perbandingan menjadi 50 : 50.
Larutan ini dapat digunakan untuk mengatasi penyakit embun tepung pada labu maupun penyakit lain yang disebabkan oleh cendawan. Susu dan air yang diaplikasikan memacu pertumbuhan cendawan parasit pemakan cendawan ganas penyebab penyakit. Pemakaian cukup disemprotkan keseluruh tanaman dan pemakaiannya cukup 1 X per minggu. Disamping itu susu juga memacu pertumbuhan benih.
SODA KUE UNTUK FUNGISIDA
Soda kue atau Natrium Bikarbonat (NaHCO3) biasanya dipakai untuk bahan tambahan kue agar cepat mengembang. Bahan tersebut ternyata dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk menangkal serangan embun tepung. Penyakit ini di tandai dengan munculnya lapisan embun bertepung di permukaan daun. Cendawan dari jenis Oidium atau Erysiphe ini dapat menimbulkan kerugian cukup besar apabila tidak di kendalikan.
Cara aplikasinya cukup mudah. Larutkan 5 gram soda kue dalam 1 liter lerutan sabun berkonsentrasi 0,5 %. Larutan sabun berfungsi sebagai pengubah permukaan larutan sehingga butiran semprotan lebih tahan lama di permukaan daun tanaman. Sabun juga mempercepat tembusnya lapisan kutikula yang berlapis lilin. Sedangkan bikarbonat berfungsi merusak dinding membran spora Oidium, yang akan mengakibatkan dehidrasi dan pada akhirnya cendawan akan mati.
BIJI BENGKUANG SEBAGAI INSEKTISIDA (Aphids/kutu-kutuan)
Biji bengkuan mengandung racun pachyrizid. Senyawa ini mampu membasmi kutu-kutuan daun Aphid. Kutu ini bersifat polifag hingga mempunyai banyak tanaman inang. Kandungan racun pada biji bengkuan mencapai 0,12 % hingga 0,40 %. Bahkan pada biji tua yang kering kandungannya mencapai 0,65 %.
Adapun aplikasinya cukup mudah, siapkan kurang lebih 50 butir biji bengkuang yang tua dan kering kemudian tumbuk halus menjadi tepung. Kemudian campurkan dengan air dan kemudian semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang.
DEMI TOMAT BAKTERI DAN CENDAWAN DIADUDOMBA
Bacillus Subtilis mampu mengontrol populasi cendawan fusarium sp. Subtillis mampu memberikan antibodi pada tanaman yang memiliki fungsi untuk menghambat pertumbuhan cendawan fusarium. Kelebihan lain dari bakteri ini adalah bersifat antagonis. Enzim kitin yang diproduksi subtillis merusak dinding sel Fusarium menjadi senyawa kitinase. Subtillis ini cukup tahan banting. Bakteri aerob (butuh Oksigen) itu mampu bertahan dilahan kering soalnya sporanya berada dalam sel (endospora)
Tahan Panas
Bakteri ini juga tahan temperatur tinggi. Sehingga untuk memperolehnya dengan memanaskan suspensi tanah -10 g dilarutkan dalam air 100 ml air pada suhu 800C selama 30 menit. Bakteri subtillis ini memfermentasikan bahan organik dalam tanah. Hasil aktifitasnya berupa senyawa asam yang mampu menekan perkembangan Fusarium. Demikian juga nematoda juga seperti Melodogyn acap menyerang akar atau batang dimana bekas luka tersebut sering digunakan fusarium untuk masuk.
Dampak lain tingkat keasaman tanah akan menrurun. Salah satu pemicu serangan Fusarium adalah keasaman tanah tinggi lebih dari 7. Layu Fusarium banyak menyerang tanaman anggota famili Solanaceae (Cabai, Kentang, Tomat, Semangka, Melon, dll).
Subtillis Lokal
Negeri tropik merupakan surganya bagi bakteri Basillus Subtilis antara lain dipasara telah ada produk tersebut diantaranya Emva dan Harmoni BS.
Cara Pemakaian :
- Sebelum disemaikan benih direndam dalam larutan campuran 4 ons subtilis dan 3,5 liter air.
- Setelah benih tumbuh larutan tersebut diberikan kembali. Dosisnya 5 ons per 15 liter air. Untuk 6.000 tanaman.
KUNYIT DAN TEMULAWAK UNTUK CENDAWAN (Plasmodiophora Brassicae) PENYEBAB AKAR GADA
Pengunaan kunyit karena senyawa yang terdapat pada umbi tersebut mampu merangsang pertumbuhan akar.
Cara pembuatan :
- Sediakan 15 – 20 rimpang kunyit dan temulawak dengan perbandingan 2 : 1
- Air 1 Liter
- Kupas rimpang kunyit dan temulawak
- Ditumbuk atau diblender.
- Tambahkan air bersih kemudian disaring.
Cara Penggunaan :
Sebelum disemai rendam benih kubis dalam larutan tersebut selama 30 menit.
Selang 10 hari setelah tumbuh dalam bedengan siram kembali bibit tersebut.
Kemudian sebelum pindah tanam lakukan perlakuan tersebut.
BAWANG PUTIH UNTUK INSEKTISIDA
Bawang putih disamping untuk bumbu dapur ternyata juga mampu mengendalikan Thrips karena rasa dan aromanya tidak disukai jenis kutu-kutuan tersebut.
Bahan :
- 2 s/d 3 kg bawang putih
- 1000 liter larutan pupuk
Cara pembuatan dan aplikasi :
Bawang putih dibuat ekstrak dengan cara di tumbuk atau diblender setelah berbentuk ekstrak kemudian diberi air dan campurkan ke dalam larutan pupuk organik. Setelah diaduk aduk hingga merata kocorkan larutan tadi pada tanaman kira-kira 200 CC.
Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih tersebut adalah aroma dari bawang putih tidak disukai oleh serangga tersebut. Ataupun dengan cara kultur teknis yaitu menanam tomat atau cabai ditumpangsarikan dengan bawang putih atau bawang merah.
KENIKIR SEBAGAI NEMATISIDA
Kenikir ternyata tidak hanya merupakan tanaman penghias taman akan tetapi bermanfaat juga sebagai Nematisida pada tanaman tomat yang terserang Nematisida puru akar akar (NPA). Caranya bahan kenikir diperoleh dengan memblender atau menumbuk 1 kg batang kenikir yang dilarutkan dalam 1 liter air.
Sedangkan untuk aplikasinya yaitu dengan cara mencampur larutan hasil tumbukan kenikir tersebut dalam 20 liter air. Kenikir tidak disukai nematoda karena mengandung bioaktif seperti piperiton dan terrhienil yang bersifat antagonis terhadap nematoda.
TEPUNG TULANG UNTUK PUPUK DAN PAKAN SAPI
Cara Pembuatannya
- Tulang dipotong-potong 5 – 10 Cm
- Rebus dalam air mendidih selama 2 – 4 jam
- Dijemur kemudian diremukkan sampai berukuran 1 – 3 Cm
- Rendam dalam larutan kapur selama 4 – 5 minggu
- Tulang dicuci dan direbus 3 tahap;
1). 4 jam pada suhu 600C,
2). 4 jam pada suhu 700C,
3). 5 jam pada suhu 1000C
- Setelah tulang dikeringkan dalam open bersuhu 1000C
- Digiling sampai lumat menjadi bubuk.
MELAWAN MILDEW DENGAN SUSU
Mildew atau penyakit tepung sering ditemukan pada tanaman tomat, melon, dan cabai. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Oidium Tingitanium itu memang tidak terlalu merugikan tetapi perlu diwaspadai dan dikendalikan. Adapun cara sederhana untuk mengendalikan jamur tersebut adalah dengan menggunakan susu. Caranya larutkan air dan susu dengan perbandingan 9:1 semprotkan pada tanaman yang terserang. Enzim pada susu dapat menetralisir mildew.
BAWANG PUTIH ATASI AKAR GADA
Cendawan Plasmodiophora brassicae momok bagi pekebun sawi dan anggota famili kubis-kubisan. Tingkat kerugian bisa mencapai 100% akibat penyakit akar gada itu. Jaringan yang terserang menjadi rusak sehingga pengankutan air dan zat hara menjadi terganggu. Rotasi tanaman saja tidak cukup lantaran cendawan dalam tanah mampu bertahan hingga 20 tahun. Adapun cara pengendalian sederhana dapt menggunakan umbi bawang putih. Caranya Haluskan dan larutkan umbi bawang putih dalam air bersih. Sebelum disemai rendam benih dalam larutan itu selama 15 menit.
KIAT MEMILIH PUPUK MAJEMUK
Penggunaan pupuk organik cair melalui daun misalnya hanya merupakan pemborosan saja. Sebab, bahan organik tidak dapat dimanfaatkan tanaman sebelum berubah menjadi anorganik. Proses perubahan tersebut lazimnya hanya terjadi di sekitar perakaran tanaman. Sehingga akan lebih pas jika diaplikasikan lewat akar.
Umur Tanaman (fase tanaman)
Pemilihan pupuk majemuk juga harus mempertimbangkan sifat pupuk dan pengaruhnya bagi tnaman. Pemakaian pupuk majemuk lengkap tablet (PMLT) dan pupuk butiran bersalut (coated fertilizer) misalnya, karena bersifat slow released, pupuk seperti itu malah kurang baik digunakan untuk sayuran daun yang berumur singkat.
Pupuk “slow released” tidak mudah larut dan hancur. Ia melepas unsur hara secara perlahan-lahan agar tersedia dalam jangka panjang di didalam tanah. Manfaatnya baru nampak setelah 1-2 bulan aplikasi. Apdahal sayuran daun kebanyakan berumur singkat. Ia butuh pupuk yang mudah terserap, misal pupuk akar berbentuk tepung, butiran, cairan, atau pupuk daun.
Hampir semua pabrik memproduksi pupuk dengan formulasi N tinggi, P tinggi, atau K tinggi sehingga cara aplikasinya disesuaikan dengan fase tanaman.
Contoh pupuk untuk fase vegetatif misalnya Dekaform, Dekastar 18-11-10, Agro Formula 1, Suburin A1, dan Gramafert Formula NT untuk pupuk akar. Sedangkan untuk pupuk daun dapat dipilih Gandasil D, BASF Foliar D, Bayfolan, Complesal, Enpeka Cair, Greenzet, dan Hyponex Merah.
Pupuk untuk fase Generatif diantaranya Dekastar 6-13-25, Suburin BT-4, Agro Formula-2, Gramafelt Formula PT, dan Mangamp Plus K. Pupuk lain Gandasil B, BASF Formula B, Hyponex Biru, Vitabloom Spesial Biru, dan Vitalik P.
EUGENOL CENGKIH SEBAGAI POLISI TANAMAN
Eugenol yang terkandung dalam gagang, daun, dan bunga cengkih berpeluang menjadi Pestisida Nabati. Penelitian Balittro membuktikan produk pestisida dari cengkih paling efektif mengatasi Cendawan, Bakteri, dan Nematoda pengganggu tanaman dibanding tanaman lainnya.
Eugenol dan turunannya sudah lama diketahui memiliki efek Anti Cendawan, Anti Bakteri, Anti rematik, dan Antiseptik. Hasil uji laboratorium, eugenol juga toksik bagi cendawan patogenik tanaman.
Diantaranya Fusarium Oxysporum, Phytopthora Capsici, Rigidoporus Lignosus, Rhizoctania Solani, Sclerotium rolfsii, serta Pseudomonas Solanacearum.
Sedangkan Pestisida nabati berbahan aktif minyak cengkih dalam bentuk emulsi dan bubuk kini sudah diformulasikan. Diantaranya MBC 10 BC, EGL 10 EC, MBC 4 WP, EGL 4 WP, dan EGL 10 WP dan Metil Eugenol sebagai bahan untuk menarik lalat buah. Serasah daun, bubuk daun, gagang dan bunga, hingga minyak cengkih semuanya mengandung senyawa eugenol. Karena itu produk berbahan baku cengkih tersebut dapat diaplikasikan sebagai Fungisida, Bakterisida, Nematisida, dan Insektisida.
Pada lada bubuk cengkih dapat mengendalikan busuk pagkal batang Phytopthora Capsici 65% hingga 75% sehingga hasil panen bisa meningkat hingga 2,5 kali dan juga sebagai nematisida Radopholus similes dan Meloidogyne incognita pada tanaman tersebut.
Pengujian pada jahe, nilam, dan kentang membuktikan, minyak dan bubuk cengkih mampu menekan pertumbuhan Pseudomonas solanacearum dan pada konsentrasi aagak tinggi mampu mematikan. Pertumbuhan bakteri terhambat dengan menggunakan bubuk daun, gagang dan bunga pada konsentrasi 500 – 1.000 ppm. Pada konsentrasi 4.000 - 7000 ppm bakteri tidak tumbuh. Sedang dengan menggunakan eugenol pada konsentrasi 100 – 300 ppm pertumbuhan bakteri terhambat. Di bali serasah dan bubuk daun cengkih digunakan untuk menanggulangi infeksi busuk batang Fusarium Oxysporum. Hasilnya mampu menekan infeksi hingga 85%.
Sebagai Pestisida nabati produk dari cengkih mudah diaplikasikan oleh petani. Dengan dosis bubuk atau seresah daun, gagang dan bunga 150 – 200 gram per tanaman cukup untuk mengendalikan patogen tanah. Aplikasinya taburkan bubuk cengkih merata di lubang tanam sekitar tajuk.
Sedang untuk mengendalikan cendawan dan hama, semprotkan 0,3-0,6% larutan minyak cengkih. Namun karena minyak cengkih tidak larut dalam air perlu ditambahkan terpentin atau detergen dengan konsentrasi 10 %. Jika daun yang dipakai, buat ekstraknya sebelum disemprotkan Caranya; 10 kg daun basah dikeringkan, lalu ditumbuk halus. Bubuk daun cengkih kemudian ditambah 19 liter air. Aduk sampai rata, lalu tambahkan 20 gram detergen. Aduk dan biarkan selama 2 hari. Setelah disaring larutan pestisida itu siap digunakan untuk lahan 1-2 ha. Waktu menyemprot pakai 1 – 1,5 liter larutan ditambah 20 liter air.
Untuk membuat formulasi bubuk, ambil 20 kg daun atau bunga cengkih kering, kemudian ditumbuk halus, lalu diayak. Campur dengan 1-2 g ram ditergen bubuk diaduk rata kemudian disimpan. Untuk penggunaan ambil 1-1,5 kg pestisida bubuk dan larutkan dalam 20 liter air. Selain sebagai pestisida nabati daun cengkih juga mengandung N, P, K, Mg, Fe dan Ca dengan kadar cukup tinggi. Karena itu produk cengkih ini juga cocok dipakai sebagai pupuk organik plus. Fermentasi pupuknya dibuat dengan mencampur 1 bagian pupuk organik dengan 3 bagian daun cengkih. Biarkan selama 1-2 bulan sebelum dipakai.
ECENG GONDOK SEBAGAI PUPUK ORGANIK
Eceng gondok kaya akan asam humat “senyawa yang menghasilkan fitohormon yang mempu mempercepat pertumbuhan akar tanaman” eceng gondok juga mengandung asam sianida, triterpenoid, alkaloid, dan kaya akan unsur Calsium.
Untuk pengolahan dapat digunakan acetobacter atau lainnya untuk mempercepat dekomposisi. Bakteri tersebut dicampur dengan molase dengan perbandingan 1 : 1 selama sepekan. Master bakteri tersebut siap digunakan setelah berbentuk kapang. Langkah selanjutnya eceng gondok yang diambil dari kolam dicincang atau digiling halus. Bahan kemudian dicampur dengan 10% dedak dan master bakteri selanjutnya campuran disimpan di bak yang dialasi plastik dan ditutup karung goni selama 4 hari. Suhu akan meningkat hingga 500C yang menandakan proses fermentasi sedang berlangsung. Fermentasi dianggap selesai apabila suhu sudah turun menjadi 300C.
SUMBER PUPUK ORGANIK
Salah satu kendala pemakaian pupuk organik adalah sulitnya menentukan kandungan unsur hara. Setiap pupuk organik memiliki komposisi berbeda. Mengetahui kandungannya secara tepat berarti mengefisienkan pemakaian. Dengan penggunaan pupuk organik sifat fisik, daya serap, daya ikat, sirkulasi udara dan ketahanan erosi pada tanah dapat ditingkatkan.
Ada tiga syarat penting pupuk organik. Pertama, unur N harus terdapat dalam persenyawaan organik agar mudah diserap tanaman. Kedua, pupuk tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah. Ia juga memiliki kandungan persenyawaan C organik tinggi. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan unsur makro dan mikro tanaman. Kebutuhan ini berbeda mulai dari persemaian sampai panen. Misalnya saat persemaian tanaman membutuhkan 2,7% N; 0,7% P; 2,8% K; 6% Ca; dan 1;8% Mg dengan kebutuhan ini kotoran unggas dan domba dapat dipilih sebagai sumber pupuk organik. Berikut tabel sumber pupuk organik dan kandungannya:
Sumber Pupuk Organik dan Kandungan Mineral (%)
Sumber N P K Ca Mg Elemen Lain
Kotoran Unggas
Kotoran Domba
Kotoran Kambing
Kotoran Kuda
Kotoran Sapi
Tulang dan Darah
Tepung Tulang
Darah Kering
Ekstrak Ganggang
Jerami
Batuan Phospat
Tepung Ikan
Abu Kayu
Tepung Tulang dan Kuku
Batuan Kapur/Gamping 0,7
2,0
1,5
0,7
0,7
5-8
3-8
13-15
9
0,6
-
9,5
-
14
- 0,2
0,5
0,66
0,15
0,2
5-8
9-11
-
4
0,10
14,4
3,0
0,90
0,44
- 0,5
2,3
2,5
0,4
0,5
-
-
-
6
1,05
-
-
4,0
-
- 3
3
1,5
1,2
3,0
0,40
25
-
0,1
-
-
0,4
25
2,0
40 0,6
1,2
-
0,6
0,66
-
0,3
-
0,5
-
-
-
2,1
-
- -
-
-
-
-
-
-
-
Fe, Zn, Mn, B, Cu, Mo, Co
-
-
-
-
-
-
KRITERIA GREENHOUSE YANG BAIK
Tinggi minimum 3,5 – 4 m, ini agar udara tidak panas. Kisaran suhu yang baik 300C-320C dengan kelembaban minimum 50%.
Diatas harus ada jendela agar udara panas keluar lancar. Gunakan piggy-back system.
Cahaya 6.000-8.000 footcandles (fc), atau tergantung jenis tanaman (di luar greenhouse, jika udara cerah sekali bisa 10.000 fc).
Usahakan air hujan tidak masuk. Pelindung plastik Ultra Violet (UV) akan lebih baik dibanding plastik biasa.
Angin spoi-spoi masih bisa masuk melalui screen sacara horizontal. Ia membawa udara segar yang memiliki kadar CO2 tinggi. Hal ini berguna untuk proses asimilasi CO2.
Usahakan sedikit mungkin tiang di tengah greenhouse. Ini untuk kebebasan bekerja.
Buat konstruksi sekuat mungkin terutama untuk daerah banyak angin.
Kegunaan Shading net untuk mengurangi intensitas cahaya. Biasanya net yang tersedia adalah 45%, 55%, 65%, 75% dan 85% calculated shade. Angka kecil untuk tanaman yang suka cahaya sedangkan angka besar untuk tanaman yang rentan cahaya.
LEBIH AMAN DENGAN BIOPESTISIDA
Bio pestisida adalah penggunaan pestisida dengan bahan baku utama mikroorganisme. Contoh bakteri, virus, dan cendawan. Berbeda dengan hama yang merugikan petani, pasukan biopestisida ini bertugas menyerang hama tertentu. Hama yang terkena semprotan biopestisida ini akan terhambat perkembangannya bahkan bisa mati. Namun demikian dalam penggunaannya memerlukan lingkungan khusus.
Contoh biopestisida ini adalah Cendawan Verticillium lecani digunakan untuk mengendalikan kutu putih, aphids, thrips, dan mites. Tak hanya itu sejenis nematoda yang disebut larvanem juga banyak dipilih untuk mengontrol larva black vine dan kutu kebul.
Biopestisida berbahan aktif bakteri sudah duluan terkenal ketimbang mikroorganisme lainya. Bacillus thuringensis (Bt) adalah jenis paling populer yang banyak digunakan untuk mengendalikan ulat pemakan daun di sayuran dan buah-buahan.
RESEP ALAMI DILAPANGAN
Untuk mengendalikan serangan ulat Hekiothis Armigera pada tanaman tomat
Bahan :
- 3 kg akar tuba
- 10 kg buah mindi
- 3 kg semak rondonoleh
Cara Pembuatan ;
Ketiga bahan ditumbuk sampai halus kemudian diberi air sebanyak 10 liter, kemudian diaduk sampai merata. Setelah didiamkan 1 – 2 malam larutan disaring dengan kain halus sehingga ampas tidak menyumbat nozle. Untuk aplikasi setiap 10 cc larutan dicampur dengan 1 liter air.
Untuk mengendalikan hama jenis kutu-kutuan pada daun
Bahan 1 ;
- 1 kg daun sirsak
- 3 sendok sabun detergen
Cara pembuatan ;
Tumbukan daun sirsak dilarutkan dalam 1 ember air bersih. Aduk-aduk beberapa saat kemudian saringlah. Hasil saringan dicampur dengan sabun detergen. Cara pemakain setiap 10 cc larutan dicampur dengan air 1 liter.
Bahan 2 ;
- Satu telapak tangan kulit batang suren.
- 1 kg daun sirsak
Cara pembuatan ;
Tumbukan kulit batang suren dan daun sirsak dicampur 1 ember air bersih. Setelah diaduk-aduk kemudian disaring. Cara aplikasinya satu gelas hasil saringan dilarutkan dalam 1 liter air.
Untuk mengendalikan hama Thrips yang sering menyerang bawang merah, cabai, kentang, kacang-kacangan, tembakau dan tomat. Thrips (Thrips parvispinus, Thrips tabaci, dan Thrips. Palmi) mengisap cairan tanaman dan mesofil daun.
Bahan ;
- 5 kg daun angsana
- 5 kg daun rondonoleh
- 10 kg gadung
Cara pembuatan ;
Daun angsana dan rondonoleh ditumbuk hingga lumat. Sedangkan gadung, setelah dikupas kemudian di parut. Campurkan kedua bahan itu dan rendamlah selama beberapa hari. Saring campuran itu, untuk aplikasinya untuk satu 1 gelas larutan dicampur dengan 2 liter air bersih.
REKA-REKA BULAN BAIK UNTUK PETANI
Salah menentukan waktu tanam banyak dialami petani pemula. Ini tak akan terjadi jika mereka mau menimba pengalaman pada petani senior. Pedoman yang dipakai sebenarnya sederhana. Pedoman yang dipakai sebenarnya sangat sederhana. “Mencari bulan baik untuk mendapat hasil baik, atau bulan baik untuk memperoleh harga baik” Kalo yang dicari adalah hasil panen baik menurut pengalaman petani di pacet cipanas adalah bulan Juli, Agustus, September, Oktober di bulan-bulan tersebut hasil sayuran pasti bagus.
“Biasanya petani menanam di akhir harga mahal. Karena mengharap harga tinggi semua kebutuhan tanaman tercukupi, dan kondisi alampun mendukung. Akhirnya produksi bisa naik 100%. Misal panen tomat biasanya 2 kg dapat mencapai 4 kg pertanaman. Sementara biaya produksi justru bisa ditekan 30% hingga 40%. Agar tomat bias dipanen Agustus mulai April bibit sudah disemai. Sebulan kemudian penaman, saat panen kualitas produk bagus tapi memang harga bukan yang tertinggi.
Pengalaman diatas hitung-hitung untuk mencapai hasil produksi yang bagus. Lain halnya yang dicari adalah panen pada saat harga bagus. Kalo ingin mencapai harga tomat mahal tanam pada bulan November, Desember, dan Januari. Pas panen februari atau maret. Sementara pada cabai penanaman dimulai September, Oktober, dan November sehingga diperoleh panen bada bulan Januari, Februari dan Maret.
EFFECTIVE MICROORGANISM (EM)
EM banyak digunakan untuk mendukung kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk beberapa tujuan antara lain membuat pakan ayam, menjernihkan air limbah, mengendalikan hama dan penyakit tanaman, menghilangkan bau dipeternakan, memproses obat tradisional dan sebagaianya. Sebagai contoh EM dicampur alkohol, tetes dan tanaman toga dapat digunakan sebagai pestisida.
Fungsi EM pada dasarnya adalah untuk memfermentasikan bahan organik dalam tanah. Hasil fermentasi ini berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya. Sedangkan dalam EM tersebut mwngandung mikroorganisme yang sangat berguna yaitu;
Bakteri fotosintesis. Bakteri tersebut mensintesis Nitrogen, gula, dan senyawa bioaktif lainnya. Caranya dengan mengambil hasil sekresi, bahan organik dan gas berbahaya, hasil metabolismenya langsung dapat diserap oleh tanaman. Atau sebagai bahan untuk menumbuhkan mikroorganisme lainnya yang berguna bagi tanaman.
Lactobacillus yang merupakan sterilisan yang kuat, lactobacillus dapat menekan beberapa mikroorganisme berbahaya dan mendokomposisi bahan organik dengan cepat. Selanjutnya ragi. Yang ini mampu memproduksi senyawa berguna bagi tanaman melalui proses fermentasi.
Actinomycetes, ini mengubah asm amino dan senyawa lainnya yang diproduksi bakteri fotosintesis menjadi antibiotik bagi tanaman. Fungsi antibiotik adalah mengontrol patogen dan menekan pertumbuhan cendawan berbahaya dengan memecah chitin cendawan. Bakteri ini menciptakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan lainnya.
Cendawan fermentasi yang berfungsi mendekomposisi bahan organik untuk memproduksi alkohol ester dan senyawa antimikroba. Cendawan ini dapat mengontrol bau dan mencegah serangan hama.
KIAT BUAT INSEKTISIDA SENDIRI
Untuk menanggulangi serangan berbagai jenis hama pada tanaman sayuran dapat dibuat insektisida sebagai berikut;
Sediakan 100 ml air cucian beras yang pertama, 100 ml alkohol 30 – 35%, molase/tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, Em 100 ml, 100 ml Cuka 40%,
Semua bahan dimasukkan kedalam wadah yang ditutup rapat. Setiap pagi dan sore hari dikocok, setelah selesai mengocok, tutup dibuka agar supaya oksigenya keluar. Setelah 15 hari pengocokan dihentikan. Diamkan 6 hari lagi tanpa dikocok. Ini merupakan larutan pertama,
Rajang limbah cengkih, serei, jahe, kunyit, temulawak dan bawang putih. Campuran ini setelah ditumbuk dimasukkan kedalam 1 lt air cucian beras yang pertama. Setelah itu diberi molase 30 cc/l air. Tutup rapat-rapat, setiap hari dikocok selama 21 hari. Ini sebagai larutan kedua.
Untuk pemakaian campurkan larutan pertama dan kedua dengan perbandingan seimbang. Untuk penyemprotan 10 cc larutan/ 1 liter air.
BUNGA KRISAN SEBAGAI INSEKTISIDA
Rahasia bunga ini karena terdapat kandungan zat piretrin sebagai racun hama dan lalat buah. Sebagai contoh untuk insektisida organik adalah dengan cara bunga krisan sebanyak 25 gr dihancurkan hingga menjadi serbuk kemudian serbuk itu dilarutkan dalam 10 liter air. Hasil campuran dicampur dengan 10 cc detergen cair atau sabun colek. Setelah diendapkan selama semalam dain disaring dengan kain halus, larutan disemprotkan. Larutan ini salah satunya digunakan untuk memberantas hama kobis.
Zat piretrin dalam bunga krisan berfungsi untuk merusak sistem syaraf hama. Efeknya akan makin hebat bila suhu disekitarnya menurun ”piretrin bersifat negatif dengan suhu” di alam ia bekerja mirip insektisida sintesis DDT. Dari hasil penelitian makin tinggi tempat penanaman bunga krisan makin tinggi pula kandungan zat piretrinya sehingga akan lebih cepat mematikan. Namun demikian dari hasil penelitian kandungan zat itu hanya terdapat pada tepung bunga. Dengan konsentrasi 0,5% tepung bunga krisan mampu membunuh serangga gudang lebih dari 90% dari total populasi.
PENGENDALIAN JENIS WERENG ATAU BELALANG DENGAN TIGA SERANGKAI (Pinang, Suren, dan Nimba)
Kandungan bahan aktif pada pinang yaitu minyak atsiri yang bersifat racun, suren mengandung bahan aktif (Surenon, Surenin, dan Surenalakton) yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan antifeedan (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Bahan aktif tersebut terbukti sebagai repellant – pengusir nyamuk. Dan nimba yang mengandung bahan aktif azadirachtin, meliantriol, salanin, dan nimbin yang berfungsi sebagai pestisida nabati. Nimba mempengaruhi reproduksi dan prilaku hama sebagai penolak, penarik, antimakan, dan menghambat perkembangan hama.
Untuk penerapan tiga serangkai ini cukup mudah yaitu daun pinang, suren, dan biji nimba masing-masing sebanyak 250 gr digerus hingga halus. Ditambahkan 1 liter air dan diaduk hingga merata kemudian disaring. Kedalam larutan itu ditambahkan sabun colek sebanyak satu sendok makan supaya merekat pada waktu disemprotkan. Penyemprotan dilakukan 2 kali seminggu sejak tanaman berumur 15-60 hari.
Disamping itu juga terdapat tumbuhan penghasil pestisida nabati lainnya diantaranya sari buah mahoni dicampur dengan tembakau untuk memberantas hama kutu daun alias aphids pada cabai.
Kandungan bahan aktif mahoni yaitu heksaklorosiko-hekasana (HCH) berfungsi sebagai racun kontak. Sedang daun tembakau mengandung bahan aktif alkaloid yang mempengaruhi kerja syaraf serangga.
Sedangkan untuk mengatasi serangan cendawan dapat digunakan perasan lengkuas, kunyit, jahe, dan serai. Jika dalam larutan itu ditambahkan biji mahoni atau cabai dapat dapat digunakan untuk memberantas semua hama kecuali ulat tanah.
TEPHROSIA SEBAGAI INSEKTISIDA
Tephrosia disebut juga sebagai kacang babi disamping sebagai, pakan ternak, pupuk hijau, atau tanaman penanung ternyata perdu setinggi 3 meter tersebut bisa dimanfaatkan sebagai insektisida untuk ulat grayak.
Daun tephrosia mengandung rotenon yang merupakan bahan aktif insektisida botani sistemik. Cara kerja zat ini “mengganggu pernafasan hama-umumnya serangga pengunyah seperti ulat”. Selama ini yag dikenal sebagai penghasil rotenon adalah akar tuba (jenu). Menurut penelitian kandungan rotenon dalam daun tephrosia dipengaruhi umur tanaman, jenis tanah, ketinggian lahan dan agroklimat. Kandungan rotenon semakin tinggi jika tanaman ditanam pada dataran rendah dan berumur 2 hingga 4 tahun.
Untuk penggunaannya cukup sederhana. Kira-kira 10 gr daun yang telah digiling dicampur dengan 1 ltr air bersih. Tambahkan 0,1% sabun ditergen kedalam larutan itu dan diamkan selama semalam. Fungsi sabun dalam larutan itu adalah untuk mempercepat keluarnya rotenon dan melarutkannya. Hindari penyemprotan denkat kolam ikan karena efeknya mendekati akar tuba.
RAMUAN PESTISIDA LAINNYA
Untuk Pengendalian Penyakit Patek (Antraknose) dan bercak daun (Althernaria porii) pada tanaman cabai.
Bahan :
- Kunyit 1 kg
- Laos 1 kg
- Kencur 1 kg
- Jahe 1 kg
Alat :
Blender atau tumbukan
Cara Pembuatan
Hasil blenderan atau tumbukan bahan berupa pasta dilarutkan dalam 3 liter air. Kemudian ditambahkan 1 butir gambir, 1 ons gula pasir atau tetes tebu, dan 1 liter EM4 kedalam larutan itu. Campuran tersebut diamkan selama 7 hari.
Cara Aplikasi
Untuk pemakaian 2 cc larutan dicampur dengan 1 liter air.
Untuk Pengendalian Ulat atau Walang Sangit
Bahan ;
- Gadung 2 kg
- Jengkol 1 kg
- Tembakau 1 kg
Alat
Blender atau alat penumbuk
Cara Pembuatan ;
Semua bahan diblender atau ditumbuk sampai berbentuk pasta, setelah berbentuk pasta ditambahkan 3 liter air, 1 ons tetes, dan EM4 1 liter. Kemudian larutan itu didiamkan selama 7 hari.
Cara Aplikasi
Untuk aplikasinya campurka 22 cc larutan kedalam 1 liter air. Untuk aplikasinya sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari.
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik).
Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab dengan lingkungan.
Bahan:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dlingo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Alat :
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). Gadung dikupas kulitnya dan diparut. Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit. Dapat menolak hama dan penyakit. Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.
Pestisida Organik
Pestisida Organik
Resep I
Bahan yang diperlukan :
- Tembakau ½ kg;
- Air 2 liter;
- Kapur barus 4 butir digerus.
Cara pembuatannya:
- Tembakau direndam air 2 liter selama dua hari.
- Campurkan gerusan kapur barus.
- Setiap 2 sendok makan rendaman tembakau dan kapur barus dicampur
dengan air cucian 1 liter.
- Semprotkan pada tanaman yang sedang kena hama penyakit.
Resep II
Bahan yang diperlukan:
- tembakau 1 ons;
- jahe 1 ons;
- bawang putih 1 ons;
- air 5 liter.
Cara pembuatannya:
Jahe dan bawang putih dihaluskan, campur dengan tembakau dan masukkan air, tutup rapat dan simpan selama 2 hari 2 malam langsung digunakan. Resep pengendali hama ini bisa digunakan untuk 10.000 m2 lahan.
Sebaiknya pestisida ini digunakan pada sore hari sekitar pukul 16.00 atau 17.00 WIB. Kalau masih ada sisa bisa disimpan kurang Iebih 1 minggu. Pemakaian bisa diulangi kalau hama penyakitnya masih belum hilang tuntas.
Pengendali hama ini lebih efektif bila digunakan untuk tiga kali pemakaian, atau kalau misalnya masih tersisa banyak bisa disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
Kulit Pisang sebagai Pupuk Organik
Kulit Pisang yang selama ini kita biarkan terbuang begitu saja ternyata mengandung unsur kimia yang baik untuk pupuk yaitu Fosfor, Magnesium, Sulfur, dan Sodium.
Cara penggunaan :
Untuk tanaman hias (dalam pot) : kulit pisang dipotong-potong kemudian potongan dipendam disekitar tanaman.
Untuk tanaman pertanian (lahan sawah) :
Cara 1. Kulit pisang di blender (dihaluskan) sampai menjadi cairan (10 Kg kulit pisang dicampur 10 Liter Air) rendam selama satu malam, air hasil rendaman disaring dengan kain. 1 Liter hasil saringan dapat dicampur 10 liter air semprotkan ke tanah sekitar tanaman.
Cara 2. Kulit pisang di potong kecil-kecil, kemudian dikomposkan bersama tanah baru ditebar seperti pupuk pada umumnya.
Daun Sirsak untuk atasi Thrips
Daun Sirsak (Nangka Belanda) ternyata dapat digunakan sebagai bahan pestisida organik untuk mengendalikan Hama Thrips pada tanaman Cabai.
Caranya :
50 - 100 lembar daun sirsak dihaluskan (boleh pake blender) dan dicampur dengan 5 liter air kemudian didiamkan selama sehari semalam, rendaman tersebut kemudian disaring dengan kain.
1 liter hasil saringan dapat dicampurkan dengan 1 tangki semprot ukuran 17 liter, dan gunakan untuk menyemprot tanaman cabe, Thrips pun akan lenyap.
Cara Lain Membuat Pestisida Organik
Bahan yang diperlukan :
- Tembakau 1 kg
- air 4 liter
- kapur barus 7 butir dihaluskan
Cara pembuatannya :
- Tembakau direndam dalam 4 liter air selama 2 (dua) hari.
- Campurkan kapur barus yang telah dihaluskan.
Cara implementasi :
- Setiap 2 - 3 sendok makan air hasil proses rendaman tembakau dan kapur barus dicampur dengan air biasa 1 liter. - Semprotkan pada tanaman yang terserang hama/penyakit.
Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.
Berikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM :
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :
· Susu sapi atau susu kambing murni.
· Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
· Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
· Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
· Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
· Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
· Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
· Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.
Cara Membuat Pupuk Hijau Organik
Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
200 kg hijauan daun atau sampah dapur.
10 kg dedak halus.
¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
Hijauaun daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Bahan dan Alat:
1 liter bakteri 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jati, bambu, dan lain-lainnya) 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air 30 kg kotoran hewan Air secukupnya Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Cara Membuat Kompos
Kompos: adalah pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan dan diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
100 kg arang sekam berambut
200 kg kotoran hewan
3-5 kg dedak atau bekatul
0,5 kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air/tetes
0,5 liter bakteri
Air secukupnya
Cara Pembuatan:
Arang sekam, kotoran hewan, dedak, dan gula dicampur sampai rata dalam wadah yang bersih dan teduh. Jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung. Campurkan bakteri ke dalam air kemudian siramkan campuran di atas sambil diaduk sampai rata. Tutup dengan plastik atau daun-daunan. Tiap dua hari sekali siram dengan air dan diaduk-aduk. Dalam 10 (sepuluh) hari kompos sudah jadi.
Cara Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Panaskan 5 liter air sampai mendidih. Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata. Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini. Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
Pembuatan Pupuk Organik Cair (Ferinsa)
Pupuk ini merupakan pupuk organik cair hasil fermentasi atara urin sapi dengan bahan empon-empon dan susu sapi serta bahan lain.
Penggunaan pupuk cair organik ferinsa dapat menekan penggunaan pupuk kimia maupun menguranginya 25% hingga 50 %. Disamping itu juga biaya usaha tani akan menjadi lebih murah karena pembuatan pupuk organik cair tersebut cukup sederhana dan murah. Pupuk ini bisa digunakan pada semua jenis tanaman dan mampu memperbaiki unsur hara tanah.
Alat dan Bahan
A. Alat
- Ember
- Jerigen
- Saringan
- Parutan
- Pengaduk
- Panci
- Timbagan
B. Bahan
1. Urine sapi/Kelinci : 1 liter
2. Susu Sapi : 50 cc
3. Laos : 20 gr
4. Kunir : 20 gr
5. Kencur : 20 gr
6. Tetes tebu : 50 cc
7. Bumbu masak : 20 gr
8. Kapur barus : 2,5 gr
9. EM4 : 10 cc
10. Temu ireng : 20 gr
11. Air : 1 gelas
12. Terasi : 20 gr
C. Langkah kerja
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
- Bahan-bahan tersebut diatas ditimbang sesuai jumlah diatas
- Laos, kunir, kencur, dan temu ireng di parut.
- Parutan diberi air 1 gelas, kemudian diperas dan diambil airnya
- Air hasil perasan didiamkan selama 15 menit
- Sambil menunggu pengendapan, maka langkah selanjutnya adalah
menghaluskan kapur barus.
- Hasil perasan yang telah diendapkan diambil airnya, kemudian dicampur dengan susu 50 cc dan EM4 10 cc, sambil diaduk. Masukkan terasi 20 gr yang telah dihaluskan.
- Kemudian campurkan urine sapi 1 liter kedalam campuran tadi dan juga masukkan kapur barus, aduk hingga homogen.
- Hasil campuran bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam jerigen sambil disaring.
- Tutup jerigen rapat-rapat.
- Simpan jerigen dalam kamar selama 15 hari dan usahakan tidak terkena sinar matahari.
- Setelah 15 hari, Ferinsa dapat digunakan dengan perbandingan 1 liter pupuk : 40 – 50 liter air.
PENGGEMUKAN SAPI DENGAN STRABIO
Starbio dapat dikulturkan kedalam jerami atau rumput kering. Strabio ini meningkatkan daya cerna pakan dari 40 % menjadi 50 %.
Caranya Mikroba yang terkandung dalam star-bio diencerkan terlebih dahulu dengan air bersih, bukan air PAM (Mengandung Kaporit). Hasil campuran tersebut disiramkan pada tumpukan jerami secara merata lalu ditutup dengan plastik selama 21 hari hingga terjadi fermentasi.
PENGGENDALIAN GYAS (URET)
Uret mempunyai 4 stadia yaitu telur, lundi (gayas), kepompong dan kumbang. Kumbang meletakkan telur secara berkelompok, 17 – 35 telur secara berkelompok pada tanah yang gembur bersampah. Stadium telur berlangsung selama 11 - 13 hari. Lundi yang baru menetas berwarna putih keruh dengan tiga pasang tungkai berwarna merah kecoklatan.
Lundi mulai dijumpai dilapangan sekitar Februari hingga September. Stadium lundi mencapai 8 bulan.
PENGENDALIAN URET
Untuk pengendalian hama ini dianjurkan dengan 3 jurus. Yaitu perawatan tanaman sehingga sehat, menanam tanaman perangkap, dan menggunakan lampu perangkap kumbang.
1. Perawatan tanaman secara baik.
Tanaman yang sehat dan terawat dengan baik akan lebih tahan terhadap hama. Tanaman sehat juga akan lebih cepat mengatasi kerusakan dengan mempercepat proses penyembuhan. Tanaman sehat dapat diperoleh dengan cara budi daya dan perawatan yang baik pula misalnya dengan melakukan pemupukan secara berimbang dan sanitasi lahan selain itu untuk penggunaan pupuk kandang dengan menggunakan pupuk kandang yang benar-benar matang.
2. Penanaman tanaman perangkap
Fungsi tanaman perangkap tersebut adalah untuk menarik larva uret. Misalnya dengan membenamkan singkong disela-sela tanaman utama. Tanaman perangkap ini digali secara rutin setiap minggu untuk mencari uret yang mengerubunginya. Setelah itu larva bisa diambil dan dapat digunakan untuk makanan ayam.
3. Memasang lampu perangkap kumbang.
Pengendalian dengan lampu tersebut adalah untuk memanfaatkan sifat kumbang yang memang tertarik dengan akan cahaya lampu. Alat yang digunakan sangat sederhana terbuat dari plastik yang berbentuk corong (kerucut terbalik) dengan rangka bambu diatasnya dipasangi lampu. Lampu diletakkan dilahan. Pemasangan lampu tersebut paling baik adalah bulan Oktober – Februari. Hal ini dilakukan untuk memotong siklus hama.
Tuesday, 27 March 2012
MEMBASMI RAYAP PADA FURNITURE
Salah satu hewan yang merusak kayu adalah rayap. Rayap, seperti semut hidup berkelompok, dan bisa memakan kayu secara berkelompok pula. Jika kayu dimakan, kayu akan berlubang-lubang, termasuk mebel kayu akan berlubang dan rapuh. Fungsi mebel jelas berkurang, tidak cuma keindahannya maupun fungsinya.
Kelas Awet Kayu dan Rayap
Kelas awet kayu sebenarnya beraneka ragam. Lingkungan tempat kayu berada, di luar rumah atau di dalam rumah, juga mempengaruh keawetan kayu. Misalnya rayap dengan jumlah yang sama menyerang dua jenis kayu yang keawetannya berbeda, tentu daya rusak rayap tersebut berbeda pada kayu.
membasmi rayap pada kayu
Secara garis besar ada 5 kelas awet kayu
1. Kelas Awet 1
Kelas awet kayu kelas 1 adalah kayu yang berat jenisnya lebih dari 0,9, daya tekannya lebih dari 650 kg/cm2, daya lenturnya lebih dari 1100 kg/cm2. Kayu ini jika berada di tanah terus dan diluar rumah, terkena hujan dan panas, bisa bertahan selama 8 tahun. Jika berada di luar rumah, menyentuh tanah, tetapi tidak terkena hujan, bisa bertahan lama tanpa batas waktu. Kayu ini tahan terhadap rayap maupun bubuk. Kayu dengan kelas awet kelas 1 ini adalah Bengkirai tua, Ampupu tua, Balau tua, Ampupu, Bongin. Untuk mebel berbahan kayu ini, agar tidak cepat rusak, sebaiknya mebel tidak bersentuhan dengan tanah yang lembab.
2. Kelas Awet 2
Berat jenis kayu ini 0,8-0,9. Daya lentur 720-1100 kg/cm2, daya tekannya 425 -650 kg/cm. Jika kayu ini selalu bersentuhan dengan tanah lembab, daya tahannya sampai 5 tahun, di luar rumah tapi tidak menyentuh tanah lembab, 15 tahun. Kalau tidak menyentuh tanah lembab, lebih lebih kalau dicat, daya tahannya bisa lama, beberapa generasi. Yang tergolong kayu ini adalah Balau mudah, Cempaga, kayu jati, kempas, lasi. Agar bertahan lama dan aman dari rayap, kayu dengan jenis ini sebaiknya difinishing stain atau painted, serta tidak bersentuhan dengan tanah lembab. Perlu juga diperiksa, jika ada laron masuk rumah. Laron adalah rayap yang terbang, kalau turun dan sayap lepas, ia kawin dan makan kayu.
3. Kelas Awet 3
Kelas awet kayu kelas 3 adalah kayu yang berat jenisnya antara 0,4-0,6, daya tekannya 300-425 kg/cm2, daya lenturnya 500-725 kg/cm2. Kayu ini jika berada di tanah terus dan diluar rumah, terkena hujan dan panas, bisa bertahan selama 3 tahun. Jika berada di luar rumah, menyentuh tanah, tetapi tidak terkena hujan, bisa bertahan 10 tahun. Kayu ini rawan terhadap rayap maupun bubuk. Rayap bisa makan kayu ini lebih cepat dibandingkan dengan kayu kelas awet 2. Kayu dengan kelas awet kelas 2 ini adalah mahoni, Mentibu, Mersawa, Salimuni, Sindur. Untuk mebel berbahan kayu ini, agar tidak cepat rusak, sebaiknya mebel tidak bersentuhan dengan tanah yang lembab, selalu diperiksa apakah ada rayap atau tidak. Sebaiknya sebelum mebel difinishing, direndam, dikuas, disemprot dengan cairan anti rayap, misalnya lantrek.
3. Kelas Awet 4
Kelas awet kayu kelas adalah kayu yang berat jenisnya antara 0,3-0,4, daya tekannya 215-300kg/cm2, daya lenturnya 300-500kg/cm2. Kayu ini jika berada di tanah terus dan diluar rumah, terkena hujan dan panas, bisa bertahan beberapa bulan. Jika berada di luar rumah, menyentuh tanah, tetapi tidak terkena hujan, bisa bertahan 1-2 tahun.. Kayu ini rawan terhadap rayap maupun bubuk. Rayap bisa makan kayu ini lebih cepat dibandingkan dengan kayu kelas awet 3. Kayu dengan kelas awet kelas 2 ini adalah pulai, surian, merambung, kenanga. Untuk mebel berbahan kayu ini, agar tidak cepat rusak, sebaiknya mebel tidak bersentuhan dengan tanah yang lembab, selalu diperiksa apakah ada rayap atau tidak, terutama jika ada laron. Laron adalah rayap dewasa, yang akan mempinakkan rayap-rayap. Sebaiknya sebelum mebel difinishing, direndam, dikuas, disemprot dengan cairan anti rayap, misalnya lantrek.
TREATMENT ANTI SERANGGA PADA KAYU
3 KESALAHAN PABRIK DALAM MELAKUKAN TREATMENT ANTI SERANGGA PADA KAYU/ROTAN/BAMBU/DLL
0leh andry
ADA 3 PENYEBAB / KESALAHAN PABRIK DALAM MELAKUKAN TREATMENT ANTI SERANGGA PD KAYU, ROTAN, BAMBU, DLL :
KESALAHAN 1 : Perusahaan Memilih Untuk Melakukan Metode Aplikasi Yang Kurang Maksimal.
Ada beberapa metode aplikasi treatment pada material:
* Keterangan :
: ketebalan daya resapan obat tersebut di atas dengan kondisi treatment pada kayu mahoni yang belum di-oven dan menggunakan pelarut air. Untuk jenis material yang lain atau kondisi yang lain, belum saya ujicoba.
: warna merah menunjukkan seberapa tebal residu obat akan menempel dan tinggal pada kayu setelah meresap melalui pori-pori kayu.
Aplikasi manakah yang anda gunakan? Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Ingat! Tujuannya adalah bagaimana agar kutu-bubuk terkena paparan obat, baik yang sudah dewasa, larva, atau masih telur.
Metode terbaik untuk pembasmian maupun pencegahan adalah vakum tekan. Namun, apabila kita tidak memiliki alat dan sarananya, Anda bisa memilih metode perendaman selama minimal 30 menit. (Kecuali untuk bambu, agar mendapatkan hasil maksimal (penetrasi full), perendaman bambu selama 7 – 14 hari untuk bambu pole / masih lonjoran atau 48 jam untuk bambu split / sudah dibelah-belah. Jenis bambu & dimensi (ukuran) bambu juga berpengaruh terhadap durasi / lamanya perendaman.)
Untuk hasil maksimal, bisa gunakan aplikasi kombinasi antara perendaman selama minimal 30 menit (tahap pembahanan) lalu kemudian melakukan spray atau kuas dicampur finishing (tahap finishing – layer pertama).
Perlu diingat. Walaupun Anda memilih untuk melakukan metode yang terbaik sekalipun, kalau dalam prakteknya asal-asalan dan tidak konsisten, itupun tidak dapat menjamin efektifitas treatment Anda. Berikan pengawasan yang ketat terhadap aplikasi treatment. Hubungi kami bila Anda memerlukan arahan / support (Gratis !!) mengenai bagaimana penerapan yang paling optimal atas metode yang Anda gunakan.
KOMENTAR : “ Saya Mengerti, Bahwa Metode Perendaman Itu Bagus & Bisa Maksimal Hasilnya. Tapi Di Tempat Saya Tidak Memungkinkan Untuk Melakukan Perendaman. Bisanya Mungkin Sebatas Dicelup Sebentar/ Siram/Kuas/Spray/Dicampur Dengan Finishing (Warna Dasar/Sending). Bagaimana Caranya Untuk Melakukan Antisipasi Agar Serangan Kutu-Bubuk Bisa Diminimalisir? Mengingat Kami Bekerjasama Dengan Beberapa Pengesub Dari Luar (Tidak Semua Pengerjaan Di Pabrik Kami).”
Alternatif Saran / Solusi (silakan pilih salah satu):
1. Selain proses treatment (celup/siram/kuas/spray) tersebut dilakukan di tempat Anda, koordinasikan dengan para pengesub Anda, untuk melakukan treatment perendaman selama minimal 30 menit di tempat pengesub masing-masing. Tetapi memang dibutuhkan tenaga pengawas yang secara rutin mengecek proses treatment di masing-masing tempat pengesub. Bisakah Anda melakukan hal ini?
2. Bila tidak, bagaimana jika pihak anda sendiri yang men-treatment bahan bakunya, sebelum pengesub mengambil bahan baku tersebut untuk diproses di tempat mereka. Dengan demikian anda tidak perlu repot-repot mengawasi proses treatment di tempat para pengesub. Tapi memang, pihak anda lah yang mensuplai bahan baku buat para pengesub anda. Bisakah anda melakukan hal ini?
3. Kalau kedua saran di atas masih tidak cocok untuk anda lakukan, ini cara yang terakhir, dan harus anda lakukan pabila ingin mengantisipasi serangan kutu-bubuk di tempat anda. Yakni dengan menugaskan 1 (satu) atau beberapa orang QC (Quality Control) yang akan melakukan pengecekan & pensortiran atas semua barang yang datang dari para pengesub. Apabila ditemukan ada bagian yang telah kena pinhole, walaupun itu sudah tidak aktif (tidak ada bubuknya), lakukan penolakan (reject). Apalagi ada pinhole yg aktif (mengeluarkan bubuk). Jangan biarkan barang masuk ke gudang Anda dengan kondisi berlubang (ber-pinhole). Karena jika Anda biarkan masuk, larva atau bahkan telur kutu-bubuk yang sedang bercokol di dalam material tsb akan beranak-pinak di dalam dan menyerang barang Anda dari dalam sehingga suatu saat, entah saat akan dikirim, atau sedang dalam perjalanan pengiriman, atau sudah tiba di buyer, pinhole baru akan tercipta, dan bubuk akan bermunculan. Anda tahu apa yang akan terjadi berikutnya? CLAIM !!.
KESALAHAN 2 : Perusahaan Tidak Menggunakan Dosis Pencampuran Yang Sesuai Dengan Aturan Dari Produsen Obat Ybs.
ü Jika kita menggunakan suatu produk obat, apapun jenis & merk obatnya, sebaiknya gunakan sesuai aturan pencampuran/dosis yang ditentukan oleh produsennya. Sebab kalau tidak, percuma saja Anda menggunakan obat tersebut.
ü Terlalu encer, maka tidaklah maksimal obatnya bekerja. Cepat atau lambat, perusahaan akan kena claim dari buyer.
ü Terlalu pekat, itu sama saja pemborosan yang berlebihan. Kerugian disebabkan karena “over-dosis” pengeluaran. Kecuali Anda tidak keberatan dengan hal ini. Tentunya bila dosis diperpekat, otomatis obat akan lebih ampuh.
ü Adalah DTM WOOD PROTECTANT. Sebuah produk untuk material treatment anti kutu-bubuk & rayap. Memiliki aturan dosis sbb : rasio pencampuran 1:500 (untuk pelarut air) dan rasio pencampuran 1:1000 (untuk pelarut oil/solvent). Kecuali untuk bambu, dosisnya adalah 1:200 (untuk pelarut air) atau 1:500 (untuk pelarut oil/solvent). Untuk lebih detail, mintakan tabel dosis pada technical support DTM di kota Anda. Atau minta agar diadakan presentasi serta pengarahan dari technical support DTM.
KESALAHAN 3 : Perusahaan Tidak Menggunakan Obat Anti Kutu-Bubuk (Wood Boring Insects) dan Rayap, Melainkan Hanya Menggunakan Obat Anti Rayap (Termitisida).
ü Faktanya : hama yang menyerang bahan baku mebel/handicraft/pallet, adalah mayoritas (95%) kutu-bubuk (wood boring insects). Bukan rayap. Lalu mengapa Anda menggunakan obat anti rayap? Salah sasaran bukan?!
ü Obat anti rayap (termitisida) sangatlah cocok bila digunakan untuk soil treatment (treatment pada tanah/lahan). Mayoritas rayap bermarkas/berkoloni di dalam tanah. Tipikal obat anti rayap sifatnya non-biodegradable (tidak mudah terurai di tanah/not easily composed), sehingga residu obat bisa bertahan lama di dalam tanah (lebih dari 3 tahun) dan mampu membasmi koloni rayap di bawah tanah. Beberapa produk termitisida bahkan bisa bertahan hingga 5 tahun. Oleh sebab itulah obat anti rayap sering digunakan pada bidang konstruksi / pembangunan perumahan.
ü Namun, bila obat anti rayap diterapkan untuk material treatment (treatment ke kayu/rotan/bambu/dll) selalu memiliki karakter short-term residual (sifat residu yang tidak tahan lama). Biasanya hanya bertahan selama 3 – 5 bulan.
ü Lain halnya dengan obat anti kutu-bubuk (wood boring insects). Obat ini sangat cocok digunakan untuk material treatment karena sifat residualnya bisa bertahan lama (lebih dari 1 tahun). Sehingga bisa memproteksi material dari serangan baru dari luar (secara jangka panjang), dan akan mematikan telur kutu-bubuk yg terpapar obat, sesaat setelah telur itu menetas (yakni 6 - 10 bulan setelah telur ditaruh oleh sang induk).
ü Sebaliknya, obat anti kutu-bubuk tidaklah cocok untuk soil treatment. Karena memiliki sifat biodegradable (mudah terurai di tanah/easily composed) dalam kurun waktu 2 – 3 bulan obat akan terurai dan menghilang.
SIKLUS HIDUP KUTU-BUBUK :
ü Perlu diketahui bahwa kutu bubuk memiliki siklus hidup minimal 1 tahun. Berikut penjelasannya : telur (6-10 bulan) à larva (2-10 bulan) à dewasa (30-60 hari). Sedangkan rayap masa menetas telurnya pendek sekali (1-2 bulan).
ü Untuk membunuh kutu dewasa, semua jenis pestisida (baik anti kutu-bubuk ataupun anti rayap) bisa dengan mudah melakukannya, asal kutu terkena oleh paparan obat. Tergantung dari metode aplikasi yang Anda pilih.
ü Demikian juga untuk membunuh larva. Pestisida apapun juga bisa dengan mudah melakukannya (asalkan larva yang ada di dalam kayu, terkena paparan obat). Juga tergantung dari metode aplikasi yang Anda pilih.
ü Nah, tapi untuk membunuh telur kutu-bubuk, itu tidaklah mudah. Cangkang telur tidak bisa ditembus oleh partikel kimia apapun (kerapatan hingga 0,04 micron). Dan tidak ada obat yang berani meng-claim dirinya bisa membunuh telur hama seketika. Yang bisa dilakukan oleh obat hanyalah menunggu sampai telur menetas.
Dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh obat anti kutu-bubuk karena residu obat bisa menempel pada kayu & dan jika obat berhasil masuk ke dalam lorong pinhole/lubang dan mengenai telur kutu-bubuk, maka obat akan melingkupi telur-telurnya selama lebih dari 1 tahun, lebih lama daripada masa menetas telur kutu-bubuk. Jadi ketika telur menetas, bayi larva langsung mati.
ü Akan tetapi jika kita menggunakan termitisida untuk material treatment, residu obat akan menempel di material & bila obat berhasil masuk ke dalam lorong pinhole dan mengenai telur kutu-bubuk, obat akan melingkupi telur hanya maksimal 5 bulan. Pada bulan ke-6, ke-7 dst, kandungan obat sudah menghilang/menguap. Sehingga saat telur menetas, berhubung obatnya sudah tidak ada, bayi larva akan melenggang-kangkung dengan mudah dan mulai memakan sellulose, getah, zat pati, zat gula dari kayu dan berkembang menjadi larva lalu kemudian menjadi dewasa, dan mengakibatkan keluarnya bubuk dari pinhole. Penyebabnya residu obat anti rayap sudah hilang duluan sebelum telur menetas. Dan selanjutnya, Anda tahu apa yang akan terjadi berikutnya. CLAIM !
CEK JENIS OBAT YG ANDA GUNAKAN
ü Obat apa yang anda gunakan saat ini? Apakah obat anti kutu-bubuk dan rayap? Atau anti rayap saja? Periksalah label pada kaleng atau brosurnya, jika tertulis “anti rayap” atau “termitisida”, maka itu bukanlah obat anti kutu-bubuk. Perlu diketahui, Kutu-bubuk (wood boring insects) terdiri dari belasan jenis spesies yang karakternya berbeda sekali dengan rayap. Segeralah berganti menggunakan produk obat anti kutu-bubuk (wood boring insects) dan rayap misalnya seperti DTM WOOD PROTECTANT!
Lalu Bagaimana Dengan Pendapat Bahwa “Kok Selama Ini Walaupun Saya Menggunakan Obat Anti Rayap, Toh Tidak Pernah Terjadi Claim/Complain Adanya Serangan Kutu-Bubuk Pada Produk Saya?”
Ingat. Kita tidak pernah tahu, kapan telur dimasukkan oleh kutu, dan berapa dalam jalur pinhole/lubang kutu yang telah dibuat. Mungkin sang induk sudah beberapa bulan sebelumnya menaruh telurnya, dan proses treatment dilakukan saat telur sudah berumur 7 bulan, atau 8 bulan, sehingga saat telur menetas, residu obat anti rayap masih menempel. Maka bayi larva akan mati. Lihat gambar interval di bawah ini.
Mungkin saja (proses seperti gambar di atas) itulah yang terjadi. That’s why, Anda selama ini belum pernah menerima claim atas terjadinya bubuk pada produk Anda. Tapi berhati-hatilah…resiko terjadinya bubuk masih ada. Seperti gambar di bawah ini.
Masalahnya kita tidak tahu kapan telur ditaruh ke dalam kayu dan berapa dalam lubang pinhole. Kecuali sang induk minta ijin dulu ke kita bahwa dia akan menaruh telur pada tanggal tertentu. Maaf, just kidding. That’s impossible!
Resiko bahwa produk Anda akan terserang kutu-bubuk masih ada. Saran saya, janganlah bermain dengan resiko. Kerugian yang timbul akibat claim dari buyer sangatlah besar. Kapanpun bisa terjadi. Maybe minggu depan, atau bulan depan, atau 6 bulan ke depan, atau 1 tahun ke depan. Please… jangan bermain-main dengan resiko. Sekecil apapun claim buyer, tetap itu adalah KERUGIAN. Saya yakin Anda tidak ingin merugi bukan?
Saya bukan mengatakan bahwa obat anti rayap itu jelek, atau tidak bisa membasmi kutu-bubuk. Sebenarnya apapun jenis obatnya, baik itu anti-kutu bubuk atau anti rayap, memang bisa membunuh kutu-bubuk (baik yang dewasa, larva maupun telur). ASALKAN masih terpapar oleh obat.
Namun apakah Anda mau menanggung resiko bahwa residu obat anti rayap yang anda gunakan, hilang duluan sebelum telurnya menetas?? Tidak mau bukan?!
Syukur-syukur bila telur menetas saat material masih berada di gudang Anda. Barang masih bisa kita sortir. Namun apabila telur menetas saat di perjalanan pengiriman container ke luar negeri, atau saat produk Anda sudah terkirim di tujuan, dan celakanya residu obat anti rayap yang telah di-treatment-kan menghilang beberapa minggu atau beberapa bulan sebelumnya. Apakah kita menyalahkan pada nasib? So, please don’t under estimate these facts.
Bagaimana dengan sistem fumigasi? Atau menggunakan semacam tablet/pellet? Seperti misalnya Metil Brumide, Phostoxin, dsb? Apakah efektif juga?
Fumigasi atau tablet/pellet atau Metil Brumide atau Phostoxin, memang efektif untuk pembasmian. Jika Anda ingin membasmi berbagai hama yang sudah terlanjur masuk ke dalam kayu, metode ini terbukti cukup efektif. Tapi sayangnya metode ini memiliki beberapa kelemahan sbb. :
1. Pembasmiannya bersifat temporer. Hanya beredar di dalam ruang/chamber selama beberapa hari saja (rata-rata 1 minggu). Kalo gasnya habis terurai, ya, habis pula tingkat pembasmiannya. Kecuali setiap hari material Anda difumigasi terus-menerus. Pastinya membengkaklah biaya Anda.
2. metode ini tidak meninggalkan residu pada material/tidak memiliki sifat residual. Sehingga setelah material dikeluarkan dari ruang/chamber, tidak ada proteksi lagi. Kapanpun, sewaktu-waktu kutu-bubuk bisa masuk ke dalam material dengan mudah. Begitu material dikeluarkan dari ruang fumigasi, seekor kutu-bubuk bisa dengan mudah menyerang.
3. Metode ini hanya bisa membunuh kutu-bubuk dewasa dan larva. Karena mereka menghirup gas beracun yang beredar dalam ruang/chamber. Tapi sayangnya tidak bisa membunuh telur. Padahal sasaran utama para eksportir mebel & handicraft & pallet adalah telurnya. Telur bagaikan bom waktu bagi kita. Telur baru akan menetas setelah berumur 6 – 10 bulan. Sehingga, begitu saatnya telur menetas, bayi larva masih hidup dan membuat lorong/pinhole baru. Lalu bubuk akan muncul.
4. Sistem ini beresiko kematian bagi makhluk hidup lainnya, termasuk manusia. Siapapun yang menghirupnya, resikonya adalah : MATI alias MENINGGAL alias INSTANT DEATH. Informasi ini tertera jelas pada labelnya. Jadi, penanganannya harus hati-hati.
Semoga informasi ini berguna, dan harap menyikapinya dengan open-mind dan pertimbangkan sebijak mungkin. Terima kasih.
Di bawah ini saya tunjukkan beberapa gambar kutu-bubuk dan lorong pinhole
0leh andry
ADA 3 PENYEBAB / KESALAHAN PABRIK DALAM MELAKUKAN TREATMENT ANTI SERANGGA PD KAYU, ROTAN, BAMBU, DLL :
KESALAHAN 1 : Perusahaan Memilih Untuk Melakukan Metode Aplikasi Yang Kurang Maksimal.
Ada beberapa metode aplikasi treatment pada material:
* Keterangan :
: ketebalan daya resapan obat tersebut di atas dengan kondisi treatment pada kayu mahoni yang belum di-oven dan menggunakan pelarut air. Untuk jenis material yang lain atau kondisi yang lain, belum saya ujicoba.
: warna merah menunjukkan seberapa tebal residu obat akan menempel dan tinggal pada kayu setelah meresap melalui pori-pori kayu.
Aplikasi manakah yang anda gunakan? Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Ingat! Tujuannya adalah bagaimana agar kutu-bubuk terkena paparan obat, baik yang sudah dewasa, larva, atau masih telur.
Metode terbaik untuk pembasmian maupun pencegahan adalah vakum tekan. Namun, apabila kita tidak memiliki alat dan sarananya, Anda bisa memilih metode perendaman selama minimal 30 menit. (Kecuali untuk bambu, agar mendapatkan hasil maksimal (penetrasi full), perendaman bambu selama 7 – 14 hari untuk bambu pole / masih lonjoran atau 48 jam untuk bambu split / sudah dibelah-belah. Jenis bambu & dimensi (ukuran) bambu juga berpengaruh terhadap durasi / lamanya perendaman.)
Untuk hasil maksimal, bisa gunakan aplikasi kombinasi antara perendaman selama minimal 30 menit (tahap pembahanan) lalu kemudian melakukan spray atau kuas dicampur finishing (tahap finishing – layer pertama).
Perlu diingat. Walaupun Anda memilih untuk melakukan metode yang terbaik sekalipun, kalau dalam prakteknya asal-asalan dan tidak konsisten, itupun tidak dapat menjamin efektifitas treatment Anda. Berikan pengawasan yang ketat terhadap aplikasi treatment. Hubungi kami bila Anda memerlukan arahan / support (Gratis !!) mengenai bagaimana penerapan yang paling optimal atas metode yang Anda gunakan.
KOMENTAR : “ Saya Mengerti, Bahwa Metode Perendaman Itu Bagus & Bisa Maksimal Hasilnya. Tapi Di Tempat Saya Tidak Memungkinkan Untuk Melakukan Perendaman. Bisanya Mungkin Sebatas Dicelup Sebentar/ Siram/Kuas/Spray/Dicampur Dengan Finishing (Warna Dasar/Sending). Bagaimana Caranya Untuk Melakukan Antisipasi Agar Serangan Kutu-Bubuk Bisa Diminimalisir? Mengingat Kami Bekerjasama Dengan Beberapa Pengesub Dari Luar (Tidak Semua Pengerjaan Di Pabrik Kami).”
Alternatif Saran / Solusi (silakan pilih salah satu):
1. Selain proses treatment (celup/siram/kuas/spray) tersebut dilakukan di tempat Anda, koordinasikan dengan para pengesub Anda, untuk melakukan treatment perendaman selama minimal 30 menit di tempat pengesub masing-masing. Tetapi memang dibutuhkan tenaga pengawas yang secara rutin mengecek proses treatment di masing-masing tempat pengesub. Bisakah Anda melakukan hal ini?
2. Bila tidak, bagaimana jika pihak anda sendiri yang men-treatment bahan bakunya, sebelum pengesub mengambil bahan baku tersebut untuk diproses di tempat mereka. Dengan demikian anda tidak perlu repot-repot mengawasi proses treatment di tempat para pengesub. Tapi memang, pihak anda lah yang mensuplai bahan baku buat para pengesub anda. Bisakah anda melakukan hal ini?
3. Kalau kedua saran di atas masih tidak cocok untuk anda lakukan, ini cara yang terakhir, dan harus anda lakukan pabila ingin mengantisipasi serangan kutu-bubuk di tempat anda. Yakni dengan menugaskan 1 (satu) atau beberapa orang QC (Quality Control) yang akan melakukan pengecekan & pensortiran atas semua barang yang datang dari para pengesub. Apabila ditemukan ada bagian yang telah kena pinhole, walaupun itu sudah tidak aktif (tidak ada bubuknya), lakukan penolakan (reject). Apalagi ada pinhole yg aktif (mengeluarkan bubuk). Jangan biarkan barang masuk ke gudang Anda dengan kondisi berlubang (ber-pinhole). Karena jika Anda biarkan masuk, larva atau bahkan telur kutu-bubuk yang sedang bercokol di dalam material tsb akan beranak-pinak di dalam dan menyerang barang Anda dari dalam sehingga suatu saat, entah saat akan dikirim, atau sedang dalam perjalanan pengiriman, atau sudah tiba di buyer, pinhole baru akan tercipta, dan bubuk akan bermunculan. Anda tahu apa yang akan terjadi berikutnya? CLAIM !!.
KESALAHAN 2 : Perusahaan Tidak Menggunakan Dosis Pencampuran Yang Sesuai Dengan Aturan Dari Produsen Obat Ybs.
ü Jika kita menggunakan suatu produk obat, apapun jenis & merk obatnya, sebaiknya gunakan sesuai aturan pencampuran/dosis yang ditentukan oleh produsennya. Sebab kalau tidak, percuma saja Anda menggunakan obat tersebut.
ü Terlalu encer, maka tidaklah maksimal obatnya bekerja. Cepat atau lambat, perusahaan akan kena claim dari buyer.
ü Terlalu pekat, itu sama saja pemborosan yang berlebihan. Kerugian disebabkan karena “over-dosis” pengeluaran. Kecuali Anda tidak keberatan dengan hal ini. Tentunya bila dosis diperpekat, otomatis obat akan lebih ampuh.
ü Adalah DTM WOOD PROTECTANT. Sebuah produk untuk material treatment anti kutu-bubuk & rayap. Memiliki aturan dosis sbb : rasio pencampuran 1:500 (untuk pelarut air) dan rasio pencampuran 1:1000 (untuk pelarut oil/solvent). Kecuali untuk bambu, dosisnya adalah 1:200 (untuk pelarut air) atau 1:500 (untuk pelarut oil/solvent). Untuk lebih detail, mintakan tabel dosis pada technical support DTM di kota Anda. Atau minta agar diadakan presentasi serta pengarahan dari technical support DTM.
KESALAHAN 3 : Perusahaan Tidak Menggunakan Obat Anti Kutu-Bubuk (Wood Boring Insects) dan Rayap, Melainkan Hanya Menggunakan Obat Anti Rayap (Termitisida).
ü Faktanya : hama yang menyerang bahan baku mebel/handicraft/pallet, adalah mayoritas (95%) kutu-bubuk (wood boring insects). Bukan rayap. Lalu mengapa Anda menggunakan obat anti rayap? Salah sasaran bukan?!
ü Obat anti rayap (termitisida) sangatlah cocok bila digunakan untuk soil treatment (treatment pada tanah/lahan). Mayoritas rayap bermarkas/berkoloni di dalam tanah. Tipikal obat anti rayap sifatnya non-biodegradable (tidak mudah terurai di tanah/not easily composed), sehingga residu obat bisa bertahan lama di dalam tanah (lebih dari 3 tahun) dan mampu membasmi koloni rayap di bawah tanah. Beberapa produk termitisida bahkan bisa bertahan hingga 5 tahun. Oleh sebab itulah obat anti rayap sering digunakan pada bidang konstruksi / pembangunan perumahan.
ü Namun, bila obat anti rayap diterapkan untuk material treatment (treatment ke kayu/rotan/bambu/dll) selalu memiliki karakter short-term residual (sifat residu yang tidak tahan lama). Biasanya hanya bertahan selama 3 – 5 bulan.
ü Lain halnya dengan obat anti kutu-bubuk (wood boring insects). Obat ini sangat cocok digunakan untuk material treatment karena sifat residualnya bisa bertahan lama (lebih dari 1 tahun). Sehingga bisa memproteksi material dari serangan baru dari luar (secara jangka panjang), dan akan mematikan telur kutu-bubuk yg terpapar obat, sesaat setelah telur itu menetas (yakni 6 - 10 bulan setelah telur ditaruh oleh sang induk).
ü Sebaliknya, obat anti kutu-bubuk tidaklah cocok untuk soil treatment. Karena memiliki sifat biodegradable (mudah terurai di tanah/easily composed) dalam kurun waktu 2 – 3 bulan obat akan terurai dan menghilang.
SIKLUS HIDUP KUTU-BUBUK :
ü Perlu diketahui bahwa kutu bubuk memiliki siklus hidup minimal 1 tahun. Berikut penjelasannya : telur (6-10 bulan) à larva (2-10 bulan) à dewasa (30-60 hari). Sedangkan rayap masa menetas telurnya pendek sekali (1-2 bulan).
ü Untuk membunuh kutu dewasa, semua jenis pestisida (baik anti kutu-bubuk ataupun anti rayap) bisa dengan mudah melakukannya, asal kutu terkena oleh paparan obat. Tergantung dari metode aplikasi yang Anda pilih.
ü Demikian juga untuk membunuh larva. Pestisida apapun juga bisa dengan mudah melakukannya (asalkan larva yang ada di dalam kayu, terkena paparan obat). Juga tergantung dari metode aplikasi yang Anda pilih.
ü Nah, tapi untuk membunuh telur kutu-bubuk, itu tidaklah mudah. Cangkang telur tidak bisa ditembus oleh partikel kimia apapun (kerapatan hingga 0,04 micron). Dan tidak ada obat yang berani meng-claim dirinya bisa membunuh telur hama seketika. Yang bisa dilakukan oleh obat hanyalah menunggu sampai telur menetas.
Dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh obat anti kutu-bubuk karena residu obat bisa menempel pada kayu & dan jika obat berhasil masuk ke dalam lorong pinhole/lubang dan mengenai telur kutu-bubuk, maka obat akan melingkupi telur-telurnya selama lebih dari 1 tahun, lebih lama daripada masa menetas telur kutu-bubuk. Jadi ketika telur menetas, bayi larva langsung mati.
ü Akan tetapi jika kita menggunakan termitisida untuk material treatment, residu obat akan menempel di material & bila obat berhasil masuk ke dalam lorong pinhole dan mengenai telur kutu-bubuk, obat akan melingkupi telur hanya maksimal 5 bulan. Pada bulan ke-6, ke-7 dst, kandungan obat sudah menghilang/menguap. Sehingga saat telur menetas, berhubung obatnya sudah tidak ada, bayi larva akan melenggang-kangkung dengan mudah dan mulai memakan sellulose, getah, zat pati, zat gula dari kayu dan berkembang menjadi larva lalu kemudian menjadi dewasa, dan mengakibatkan keluarnya bubuk dari pinhole. Penyebabnya residu obat anti rayap sudah hilang duluan sebelum telur menetas. Dan selanjutnya, Anda tahu apa yang akan terjadi berikutnya. CLAIM !
CEK JENIS OBAT YG ANDA GUNAKAN
ü Obat apa yang anda gunakan saat ini? Apakah obat anti kutu-bubuk dan rayap? Atau anti rayap saja? Periksalah label pada kaleng atau brosurnya, jika tertulis “anti rayap” atau “termitisida”, maka itu bukanlah obat anti kutu-bubuk. Perlu diketahui, Kutu-bubuk (wood boring insects) terdiri dari belasan jenis spesies yang karakternya berbeda sekali dengan rayap. Segeralah berganti menggunakan produk obat anti kutu-bubuk (wood boring insects) dan rayap misalnya seperti DTM WOOD PROTECTANT!
Lalu Bagaimana Dengan Pendapat Bahwa “Kok Selama Ini Walaupun Saya Menggunakan Obat Anti Rayap, Toh Tidak Pernah Terjadi Claim/Complain Adanya Serangan Kutu-Bubuk Pada Produk Saya?”
Ingat. Kita tidak pernah tahu, kapan telur dimasukkan oleh kutu, dan berapa dalam jalur pinhole/lubang kutu yang telah dibuat. Mungkin sang induk sudah beberapa bulan sebelumnya menaruh telurnya, dan proses treatment dilakukan saat telur sudah berumur 7 bulan, atau 8 bulan, sehingga saat telur menetas, residu obat anti rayap masih menempel. Maka bayi larva akan mati. Lihat gambar interval di bawah ini.
Mungkin saja (proses seperti gambar di atas) itulah yang terjadi. That’s why, Anda selama ini belum pernah menerima claim atas terjadinya bubuk pada produk Anda. Tapi berhati-hatilah…resiko terjadinya bubuk masih ada. Seperti gambar di bawah ini.
Masalahnya kita tidak tahu kapan telur ditaruh ke dalam kayu dan berapa dalam lubang pinhole. Kecuali sang induk minta ijin dulu ke kita bahwa dia akan menaruh telur pada tanggal tertentu. Maaf, just kidding. That’s impossible!
Resiko bahwa produk Anda akan terserang kutu-bubuk masih ada. Saran saya, janganlah bermain dengan resiko. Kerugian yang timbul akibat claim dari buyer sangatlah besar. Kapanpun bisa terjadi. Maybe minggu depan, atau bulan depan, atau 6 bulan ke depan, atau 1 tahun ke depan. Please… jangan bermain-main dengan resiko. Sekecil apapun claim buyer, tetap itu adalah KERUGIAN. Saya yakin Anda tidak ingin merugi bukan?
Saya bukan mengatakan bahwa obat anti rayap itu jelek, atau tidak bisa membasmi kutu-bubuk. Sebenarnya apapun jenis obatnya, baik itu anti-kutu bubuk atau anti rayap, memang bisa membunuh kutu-bubuk (baik yang dewasa, larva maupun telur). ASALKAN masih terpapar oleh obat.
Namun apakah Anda mau menanggung resiko bahwa residu obat anti rayap yang anda gunakan, hilang duluan sebelum telurnya menetas?? Tidak mau bukan?!
Syukur-syukur bila telur menetas saat material masih berada di gudang Anda. Barang masih bisa kita sortir. Namun apabila telur menetas saat di perjalanan pengiriman container ke luar negeri, atau saat produk Anda sudah terkirim di tujuan, dan celakanya residu obat anti rayap yang telah di-treatment-kan menghilang beberapa minggu atau beberapa bulan sebelumnya. Apakah kita menyalahkan pada nasib? So, please don’t under estimate these facts.
Bagaimana dengan sistem fumigasi? Atau menggunakan semacam tablet/pellet? Seperti misalnya Metil Brumide, Phostoxin, dsb? Apakah efektif juga?
Fumigasi atau tablet/pellet atau Metil Brumide atau Phostoxin, memang efektif untuk pembasmian. Jika Anda ingin membasmi berbagai hama yang sudah terlanjur masuk ke dalam kayu, metode ini terbukti cukup efektif. Tapi sayangnya metode ini memiliki beberapa kelemahan sbb. :
1. Pembasmiannya bersifat temporer. Hanya beredar di dalam ruang/chamber selama beberapa hari saja (rata-rata 1 minggu). Kalo gasnya habis terurai, ya, habis pula tingkat pembasmiannya. Kecuali setiap hari material Anda difumigasi terus-menerus. Pastinya membengkaklah biaya Anda.
2. metode ini tidak meninggalkan residu pada material/tidak memiliki sifat residual. Sehingga setelah material dikeluarkan dari ruang/chamber, tidak ada proteksi lagi. Kapanpun, sewaktu-waktu kutu-bubuk bisa masuk ke dalam material dengan mudah. Begitu material dikeluarkan dari ruang fumigasi, seekor kutu-bubuk bisa dengan mudah menyerang.
3. Metode ini hanya bisa membunuh kutu-bubuk dewasa dan larva. Karena mereka menghirup gas beracun yang beredar dalam ruang/chamber. Tapi sayangnya tidak bisa membunuh telur. Padahal sasaran utama para eksportir mebel & handicraft & pallet adalah telurnya. Telur bagaikan bom waktu bagi kita. Telur baru akan menetas setelah berumur 6 – 10 bulan. Sehingga, begitu saatnya telur menetas, bayi larva masih hidup dan membuat lorong/pinhole baru. Lalu bubuk akan muncul.
4. Sistem ini beresiko kematian bagi makhluk hidup lainnya, termasuk manusia. Siapapun yang menghirupnya, resikonya adalah : MATI alias MENINGGAL alias INSTANT DEATH. Informasi ini tertera jelas pada labelnya. Jadi, penanganannya harus hati-hati.
Semoga informasi ini berguna, dan harap menyikapinya dengan open-mind dan pertimbangkan sebijak mungkin. Terima kasih.
Di bawah ini saya tunjukkan beberapa gambar kutu-bubuk dan lorong pinhole
Subscribe to:
Posts (Atom)