Wednesday 26 December 2012

Eksim, Batuk , TBC, Hemofilia

1. Penyakit eksim

Kata eksim berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti ‘mendidih atau mengalir keluar’. Dalam istilah kedokteran, penyakit ini disebut dengan istilah dermatitis. Penyakit eksim adalah peradangan yang terjadi pada kulit yang biasanya ditemukan pada bagian tangan dan kaki. Pada beberapa kasus, peradangan yang terjadi secara hebat dapat menyebabkan terjadinya gelembung kecil atau kulit melepuh hingga pecah dan mengeluarkan cairan.
Penyakit Eksim merupakan masalah kulit kering yang biasanya disertai rasa gatal dan perubahan pola pada kulit dan perubahan spesifik pada permukaan kulit. Gejala eksim sudah mulai muncul sejak usia 2 tahun, kemudian dapat berangsur-angsur membaik sejalan dengan pertambahan usia. Namun, ada juga yang menderita penyakit ini selama seumur hidup. Untuk masalah demikian, eksim memang tidak akan sembuh secara total namun dapat dihindari kekambuhannya dengan berbagai cara.  eksim terbagi atas 4 jenis, yaitu :
  • Eksim Statis : Jenis eksim ini berada pada tingkat kronis yang biasanya terdapat pada bagian bawah kaki sebelah dalam dan berhungan dengan penyakit varises.
  • Eksim Numular : Jenis eksim numular berupa plak eksim yang terjadi pada kulit kering dan timbul pada bagian luar tangan dan kaki.
  • Eksim Atopik : Jenis eksim ini bersifat genetik yang terjadi karena adanya riwayat keluarga dengan masalah yang sama. Gejalanya sudah muncul sejak bayi seperti radang kulit, gatal, dan bahkan menimbulkan asma dan demam.
  • Eksim Kontak : Jenis eksim ini dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu alergik dan iritan. Alergik disebabkan karena adanya kontak yang terjadi antara kulit dengan senyawa alergenik dan reaksi kekebalan tertunda sehingga kulit meradang dalam 2 hari sejak kontak terjadi. Senyawa tersebut dapat berasal dari parfum, jelatang, pengawet kosmetik, pewarna, dan metal. Sedangkan, iritan disebabkan oleh kontak terhadap senyawa iritan yang merusak kulit secara kimiawi, misalnya karena penggunaan sabun berbahan keras, detergen, dll. Senyawa ini merusak lapisan kulit dan menimbulkan peradangan.

Cara Mencegah dan Mengatasi Penyakit Eksim

Gejala utama yang timbul pada saat penyakit eksim terjadi adalah rasa gatal. Selanjutnya dapat timbul kemerahan pada kulit wajah, lengan, kaki dan bagian tubuh lainnya. Pada orang berkulit putih, eksim muncul berwarna merah muda yang kemudian menjadi coklat. Sedangkan, pada orang berkulit gelap, eksim timbul dengan warna yang terlihat lebih terang atau juga gelap. Bagian tubuh yang terkena eksim terasa menebal, kering dan keropeng. Meskipun demikian, penyakit eksim tidak bersifat menular.
Penyakit eksim dapat dicegah dengan rajin membersihkan seluruh tubuh, menggunakan pelembab pada kulit, dan menghindari pemicu timbulnya eksim seperti bahan kimia yang keras, debu, parfum, dan beberapa makanan tertentu.
Bahan alami yang dapat digunakan untuk meredakan peradangan kulit adalah rimpang jahe dan lobak. Parut rimpang jahe kemudian diperas dan dicampur dengan parutan lobak. Oleskan pada kulit sebanyak 2 kali sehari. Cara kedua adalah dengan menyediakan 1 sdt kapur sirih, 1 sdt minyak goreng dan 3 ruas kunyit berukuran seperti ibu jari tangan. Kemudian, haluskan ketiga bahan tersebut dan panaskan. Ketika sudah hangat, oles pada bagian kulit yang mengalami eksim, lalu dibungkus dengan kain kassa hingga mengering. Ulangi sebanyak dua kali sehari.
Pengobatan dengan bahan alami di atas dilakukan untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah infeksi pada kulit. Kulit yang terkena eksim juga dapat dikompres dengan air dingin. Dokter pada umumnya akan memberikan salep yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan proses inflamasi pada penderita penyakit eksim. Sedangkan, jika eksim sudah dalam tahap tinggi, yang digunakan adalah tablet kortikosteroid dan tambahan antibiotik. Antihistamin dan cyclosporin juga dapat diberikan jika obat sebelumnya tidak efektif.


2. Penyakit Batuk

Penyakit Batuk merupakan salah satu penyakit yang paling umum yang diderita oleh manusia. Siapa tidak pernah mengalami batuk? Batuk sendiri sebenarnya tidak disebut sebagai penyakit melainkan mekanisme tubuh untuk pertahanan tubuh pada bagian saluran pernapasan. Selain itu, batuk juga merupakan gejala atau reaksi tubuh menghadapi iritasi pada tenggorokan. Iritasi tenggorokan itu sendiri bisa disebabkan oleh makanan, lendir, debu, asap dan lainnya. Oleh karena itu, batuk merupakan respon terhadap rangsangan tertentu, sebagai contoh karena ada debu di bagian hidung, saluran pernapasan atau telinga atau disebut sebagai reseptor batuk. Nah, kemudian reseptor mengalir melalui syaraf pusat batu yang ada di otak. Kemudian, otak akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh dengan tujuan mengeluarkan benda asing tersebut. Maka dari itu, batuk pun terjadi.

Jenis-jenis Penyakit Batuk

Batuk sendiri dibagi menjadi dua jenis berdasarkan waktu terjadinya batu, yakni sebagai berikut:

  1. Batuk Akut : Batuk akut merupakan batuk yang terjadi selama kurang dari 14 hari dan dalam 1 episode. Dalam artian jika terjadi lebih dari 14 hari dan berulang-ulang dalam beberapa bulan maka tidak disebut lagi sebagai batuk akut.
  2. Batuk Kronis : Batuk kronis bisa terjadi karena gejala penyakit seperti asma, tuberkolosis (TBC) dan batuk rejan (batuk 100 hari).
Sedangkan menurut gejalanya, batuk terbagi menjadi 2 kategori, antara lain:
  1. Batuk Berdahak : Batuk berdahak atau disebut juga sebagai batuk produktif adalah batuk yang disertai dengan dahak. Dahak itu sendiri berasal dari sinus / hidung atau bisa juga dari paru-paru dan kerongkongan.
  2. Batuk Kering : Batu kering disebut juga batuk non-produktif yakni batuk yang tidak disertai dengan dahak. Batuk ini biasanya timbul karena akhir dari suatu gejala seperti flu, iritasi terhadap debu dan asap rokok.

Penyebab Batuk

Penyebab batuk cukup beragam tergantung jenis batuk yang dialami, secara umum berikut ini adalah beberapa Penyakit Batuk yang sering kita jumpai :
  • Infeksi pada saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu.
  • ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas
  • Tuberkolosis atau asma
  • Alergi
  • Adanya benda asing yang masuk ke dalam bagian pernapasan.
  • Tersedak pada saat minum susu, bisa terjadi pada bayi.
  • Terpapar asap rokok dari orang sekitar, atau dia sendiri merupakan perokok aktif.
  • Batuk Psikogenik, yakni diakibatkan oleh dampak psikologis dan emosi.

Pengobatan Penyakit Batuk Sederhana

Untuk penyakit batuk pilek bisa diobati dengan cara sederhana. Salah satu yang paling dikenal adalah jeruk nipis. Bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut: 3 sendok makan air jeruk nipis, 3/4 gelas air teh kental dan gula batu sebesar kira-kira telur ayam. Kemudian, semua bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai larut.
Pada orang dewasa bisa diberikan sebanyak tiga kali sehari satu ramuan tersebut. Sedangkan, pada anak-anak diberi tiga kali sehari hanya 1/2 cangkir saja. Namun, pada balita tidak dianjurkan. Sementara untuk balita bisa diberikan madu sebagai obat batuknya, ini dikarenakan madu berfungsi sebagai anti-oksidan. Namun, para orang tua harus berhati-hati agar tidak memberikan madu kepada bayi. Untuk bayi yang mengalami batuk maka orang tua dapat menyembuhkannya dengan cara menghangatkan bayi. Caranya antara lain adalah dengan mandi uap, kunyit yang oleskan pada payudara atau dimasukkan ke dalam susunya dan beberapa minyak essensial.
Ya, penanganan terhadap batuk haruslah diketahui penyebab batuk tersebut lebih dahulu. Berbeda penyebab tentu beda obatnya. Selain itu, memperbaiki sistem kekebalan tubuh pun akan turut mempercepat proses penyembuhan batuk yang Anda alami

3. Penyakit TBC ( Tuberkulosis )

Penyakit TBC atau dikenal sebagai Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya penyakit TBC menyerang paru-paru walau sebenarnya sepertiga kasus penyakit tbc dapat menyerang organ tubuh lain dan bisa menular dari orang yang satu ke yang lainnya. Penyakit ini adalah salah satu penyakit paling tua yang sudah lama dikenal oleh manusia.
Penyakit TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat bisa disembuhkan jika diterapi dengan benar. Tetapi tanpa bantuan terapi tuberkulosa akan bisa menyebabkan kematian dalam kurun waktu lima tahun pertama dan hal ini sudah terjadi pada sekitar setengah kasus penyakit TBC yang menyebabkan kematian.
WHO pada tahun 1992 sudah mencanangkan penyakit tuberkulosis sebagai penyakit yang masuk dalam daftar Global Eemergency. Pada tahun 2004, WHO melaporkan bahwa ada 8,8 juta kasus penyakit TBC yang baru pada tahun 2002. Di seluruh dunia, sekitar sepertiga penduduk telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan sebagian besarnya terjadi di Asia Tenggara. Indonesia sendiri menduduki peringkat ketiga di dunia untuk jumlah penderita penyakit TBC. Kalau dirata-ratakan, ada 500 ribu kasus baru yang muncul dalam setiap tahunnya dan yang harus meninggal berjumlah lebih dari 140 ribu. Pada satu dekade yang lalu, di Amerika Serikat, penyakit tuberkulosis adalah pemicu 1 dari 5 kematian.
Di Indonesia, penyakit TBC adalah infeksi saluran napas yang paling sering terjadi dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya. Jumlah penderita penyakit TBC yang semakin banyak sering terjadi karena keterlambatan diagnosa dan tidak patuh menjalani pengobatan yang sudah dianjurkan akan menyebabkan penularan penyakit TBC dari satu orang ke lingkungannya.
Pengobatan penyakit TBC setidaknya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan dan akan dilanjutkan dengan evaluasi dari dokter untuk mengetahui apakah penyakit TBC tersebut sudah sembuh atau diperlukan pengobatan lebih lanjut. Jika pengobatannya tidak ditekuni dan berhenti padahal penyakit TBC tersebut belum sembuh makan akan menyebabkan kuman menjadi kebal atau sering disebut sebagai MDR (multi drugs resistance) sehingga pengobatan yang telah dijalani menjadi sia-sia. Dengan begitu, biaya pengobatan pun menjadi jauh lebih mahal dan lebih sulit.

Berikut klasifikasi penyakit TBC yang perlu kita ketahui :

  1. TBC paru yang disebabkan oleh bakteri dan lingkungan.
  2. TBC paru yang tidak disebabkan oleh bakteri dan faktor histologis.
  3. TBC pada sistem saraf.
  4. TBC pada organ-organ lainnya.
  5. TBC millier

Gejala Penyakit TBC

Untuk melakukan diagnosis penyakit TBC dapat dilakukan dengan cara berdasarkan gejala klinis yang dialami oleh penderita, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi dan radiologi serta pemeriksaan lainnya yang menunjang diagnosis lainnya.
Gejala klinis penyakit TBC bisa dibagi menjadi dua jenis yakni gejala sistemik dan gejala lokal. Jika penyakit TBC tersebut terjadi di paru-paru maka gejala lokal yang terjadi akan berhubungan dengan sistem pernapasan atau dikenal dengan gejala respiratori.
Gejala respiratori adalah gejala penyakit tuberkulosis yang ditandai dengan batuk yang terjadi lebih dari 2 minggu dan batuknya tersebut kadang bercampur darah. Ada juga yang mengalami nyeri dada dan sesak napas. Nah, setelah gejala tersebut akan ada gejala lanjutan yang disebut sebagai gejala sistemis yang ditandai dengan demam, lemah badan yang disebut malaise, keringat malam, mengalami anoreksia dan turunnya berat badan sehingga penderita semakin kurus. Gejala penyakit TBC juga sebenarnya sangat bervariasi antara satu pasien dengan yang lainnya sehingga dibutuhkan medical check-up



4. Penyakit Hemofilia – Penyakit Keturunan Seumur Hidup

Penyakit hemofilia adalah salah satu penyakit keturunan yang diwariskan oleh seorang ibu kepada anaknya ketika dilahirkan. Tahukah Anda kata hemofilia memiliki makna yang unik. Kata ‘hemofilia’ berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “haiman” berarti darah dan “philia” berarti kasih sayang atau cinta. Penyakit Hemofilia ditandai dengan kekurangan faktor pembekuan darah. Hal ini mengakibatkan seseorang yang menderita penyakit hemofilia ketika mengalami luka akan sulit darahnya untuk membeku. Proses pembekuan darah tidak akan berlangsung secepat seperti orang normal. Mereka yang menderita penyakit keturunan hemofilia biasanya butuh waktu yang lama agar darah merahnya membeku. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian, khususnya jika terjadi pendarahan pada bagian tubuh vital seperti otak.
Merupakan penyakit keturunan tertua yang ada di dunia. Catatan kelainan pendarahan yang tidak bisa membeku ini ada di Talmud. Sejarah hemofilia modern sendiri dimulai pada tahun 1803 dialami oleh anak seseorang yang bernama John Otto.

Klasifikasi Penyakit Hemofilia

Penyakit hemofilia terbagi menjadi 2 kategori besar, yakni:
  1. Hemofilia Tipe A, yang dikenal dengan nama:
    • Hemofilia klasik merupakan jenis penyakit hemofilia dimana yang paling banyak mengalami kekurangan faktor pembekuan darah.
    • Terjadi karena kekurangan faktor VIII protein pada saat proses pembekuan darah.
  2. Hemofilia Tipe B, yang dikenal dengan nama:
    • Christmas Disease, dinamakan seperti itu karena pertama kali ditemukan pada seseorang yang bernama Steven Christmas yang berasal dari Kanada.
    • Terjadi karena kekurangan faktor IX protein pada saat proses pembekuan darah.
Apa efek penyakit hemofilia ? Seperti yang telah disebutkan pada penderita penyakit hemofilia akan sulit untuk menghentikan pendarahan. Pada orang normal, ketika mereka terluka faktor pembeku darah akan segera membuat anyaman sehingga darah berhenti keluar dari pembuluh, sementara pada mereka yang menderita hemofilia tidak bisa secara sempurna terbentuk anyaman tersebut. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya faktor pembeku darah.
Siapa saja yang bisa terkena dampak penyakit hemofilia ini ? Berdasarkan data memang penyakit hemofilia jarang ditemukan, yakni untuk Hemofilia tipe A sendiri ditemukan pada sekurangnya 1 di antara 10.000 orang, sementara Hemofilia tipe B lebih sedikit lagi dengan persentase 1 : 50.000 orang. Hemofilia bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang suku bangsa, ras ataupun warna kulit. Di Indonesia pun terdapat kasus Hemofilia. Namun memang yang paling banyak menderita penyakit Hemofilia adalah kaum pria, sementara untuk wanita bisa terjadi apabila ayah merupakan seorang penderita hemofilia dan ibu sebagai pembawa. Penyakit hemofilia langsung terdeteksi pada tahun pertama kehidupannya karena sifatnya yang menurun.

Bahaya Hemofilia dan Penangannya

Penyakit hemofilia bisa berdampak komplikasi jika terjadi pendarahan, antara lain:
  • Penderita dapat mengalami Anemia, ambulasis, atrofi otot.
  • Penderita bisa mengalami kerusakan otot dan sendi.
  • Jika terjadi gumpalan darah pada uretra maka dapat menyebabkan rasa nyeri yang tidak tertahankan, dinamakan hematuria.
  • Terjadi pendarahan pada sistem pencernaan yakni berupa darah pada muntah dan feses.
  • Pendarahan intrakranial.
  • Penderita mengalami sindroma kompartmen.
Untuk penanganan terhadap penderita penyakit hemofilia maka harus diberikan F VIII ketika terjadi pendarahan akut. Pemberian F VIII ini dilakukan secara intra vena, dapat disertai pemberian plasma yang didinginkan juga. Atau cara lain diberikan transfusi darah segar. Pasien pun tidak diizinkan untuk mengonsumsi aspirin dan ibuprofen yang dapat mengganggu fungsi trombosit.
Yang pasti penderita Hemofilia masih bisa hidup normal asal mendapatkan terapi yang benar dan pasien harus rajin berkonsultasi dengan dokter spesialisnya agar mendapatkan penanganan yang tepat.

No comments:

Post a Comment